Sepenggal Perjuangan Menjadi Mahasiswi—Satu

Fa // Rabu, 25 Juni 2014

Assalamualaikum, shobahul khair, naharuka sa’id, masa’ul khair, lailuka sa’id... *tergantung waktu baca postingan ini*

Ketika melirik kalender, okesip ini udah telat—meski enggak pake banget—untuk posting something yang menurut gue penting banget dalam hidup gue. Meski hanya curhat nggak jelas yang somehow menurut orang nggak penting dan apa deh banget. Tetapi karena ini merupakan bagian dari impian gue, jadi gue memutuskan kalau bagian ini harus dicatat. Siapa tau bisa dijadikan nostalgi(l)a saat lagi bosan dengan kehidupan di kemudian hari nanti. For last but not least, silahkan menikmati curhatan (calon) mahasiswi baru UNJ yang labil ini. Siapkan segelas kopi atau lebih, untuk mengantisipasi jika kalian mulai diserang rasa ngantuk dan rasa bosan akibat membaca posting-an kali ini.

Cerita dimulai dari tanggal 4 Juni, jadwalnya verifikasi di fakultas masing-masing. Kebetulan gue berangkat ke UNJ bareng sama temen-temen satu almamater di SMP dan SMA, alias udah kenal pake banget. Kumpul di rumahnya Dyah sekitar jam setengah delapan, terus langsung jalan ke pangkalan Metromini 03 dengan jalan kaki (Iyaps, jalan kaki. Tapi karena disambi ngobrol, semuanya jadi terasa ringan dan nggak capek). Sesampainya di UNJ, kita nggak langsung berpencar ke fakultas masing-masing. Gue dan Mantha malah mengantar Dyah ke Fakultas Teknik. Terdengar lucu jika diingat kembali, mengingat fakultas gue (Fakultas Bahasa dan Seni) yang letaknya justru sebelum Fakultas Teknik. Dan sampai sekarang pun, gue juga masih bingung apa alasan gue mengantar Dyah ke fakultasnya.

Dan kelucuan nggak berhenti sampai di sini begitu aja, gue yang memang dari awal masih buta tentang geografis UNJ disesatin sama senior-senior yang waktu itu rame banget. Bukan cuma sekali, tapi dua kali. Padahal gue nanyanya baik-baik, tapi entah karena faktor wajah gue yang kelewat polos atau merekanya yang iseng bin jail. Gue disesatin! Ditunjukkin arah yang bikin njelimet, walhasil gue pun muter-muter kesana-kesini kayak orang buta arah dan anak ilang. Hampir sempat putus asa dan udah berikrar dalam hati nggak akan pernah mau nanya sama senior yang lagi mejeng, tapi akhirnya tergoda juga untuk nanya karena nanti keburu waktu verifikasinya abis. Iseng-iseng nanya sama senior-senior fakultas teknik yang kebetulan waktu itu lagi sibuk ngerjain tugas di kertas folio di ‘jalan tikus’ menuju gedung Dewi Sartika, akhirnya ditunjukkin jalan yang bener. Terus bilang makasih, dan coba buat ikuti petunjuk arah dari senior-senior itu. Alhamdulillah, bisa sampe ke tempat verifikasi dengan selamat (enggak bisa dibilang dengan selamat juga sih, mengingat gue sempat hampir jatuh karena kesandung tangga fakultas). Terus nanya sama bapak-bapak yang lagi mejeng di meja,”Pak, maaf. Ini tempat verifikasi berkas Fakultas Bahasa dan Seni, ya?”

Dan si bapak jawab iya, terus gue disuruh tanda tangan di lembar absen Prodi gue. Nerima kertas kecil berupa nomer urut (gue dapat nomer urut 259), dan duduk di salah satu kursi panjang. Iseng sms-an sama sahabat tercinta sepanjang nunggu disuruh naik ke lantai dua, sempat terlibat percakapan juga sama anak Prodi lain meski nggak lebih dari lima menit karena gue masih canggung untuk terlibat percakapan sama entitas asing (waktu itu nggak sempat kenalan, bro!). Setelah nunggu lumayan lama, akhirnya disuruh naik ke lantai dua sama si bapak. Gue kira langsung masuk begitu aja ke tempat verifikasinya, ternyata masih harus nunggu beberapa menit. Yaudah, gue ikuti aturan. Nunggu saat disuruh nunggu, dan masuk ke dalam ruangan verifikasi saat disuruh masuk. Dari cerita kedua temen gue sih kayaknya verfikasi Fakultas Bahasa dan Seni yang paling enak, karena satu pem-verifikasi—yang kemudian baru gue ketahui kalo sepertinya yang menangani gue waktu itu kayaknya salah satu dosen Prodi gue, karena dia tanya gue kenal Pak Indra sama Bu Ummu atau enggak (dua guru bahasa Arab di SMAN 5 Jakarta tercinta)—hanya melayani satu anak. Sedangkan dua temen gue yang lain dioper sana-oper sini. Setelah verifikasi selesai kita pulang, nggak langsung ke rumah masing-masing. Istirahat lumayan lama di rumahnya Dyah, baru deh pulang ke rumah.

Perjuangan nggak berhenti sampai di situ begitu aja, setelah tau hasil verifikasi tanggal 13 Juni, calon mahasiswa baru harus lapor diri, bayar UKT/POM, tes kesehatan di Poliklinik UNJ, dan daftar ulang dengan cara mengisi berkas-berkas dari BAAK fakultas masing-masing dan mengembalikannya lagi. Lumayan lama sih tenggang waktu yang diberikan, dari tanggal 17-30 Juni. Tapi karena nggak mau santai, akhirnya gue memutuskan untuk langsung menyelesaikan semuanya di hari pertama, tanggal 17 Juni. Masih berangkat bareng temen-temen, dan masih ngumpul di rumah Dyah pula. Tapi susunan anggotanya beda sama verifikasi kemarin, kali ini Mantha nggak ikut dengan alasan uang untuk bayar UKT-nya belum ditransfer ke rekening mamanya. Sebagai gantinya, Dian dan Citra yang ikut rombongan. Langsung capcus ke pangkalan Metromini 03 (masih jalan kaki).

Sampai di UNJ, kita berpencar ke fakultas masing-masing. Dyah dan Citra ke FT, gue ke FBS, dan Dian ke FIP. Waktu pertama melangkah ke area FBS udah lumayan rame, dan gue langsung berasumsi pasti ngantrinya lama. Dan yah, asumsi gue sama sekali nggak meleset. Setelah ngambil nomer urut (gue dapat nomer 43), acara lapor dirinya belum dimulai. God! Padahal udah hampir jam setengah sepuluh dan temen gue di FT udah selesai, yang di FIP juga udah selesai. Envy pake banget. Dan setelah menghabiskan waktu dengan ngobrol ngalor-ngidul sama dua orang temen baru dari Prodi Sastra Inggris, akhirnya acara lapor dirinya dimulai juga.

Terus kita nggak langsung pulang, karena kebetulan gue, Dyah, dan Dyan ikut bidikmisi. Jadi langsung capcus ke gedung PSSG untuk ikut acara sosialisasi bidikmisi, pengisian form atm, dan perjanjian kontrak. Acaranya ngaret setengah jam dari waktu yang ditentukan, dan selesai sekitar jam setengah satu siang. Awalnya kita pengen langsung ke BNI yang ada di area kampus UNJ untuk bayar POM setelah sholat dzuhur, tapi enggak jadi karena ngantri parah. Terus langsung pulang deh, dan memutuskan untuk kembali lagi besok.


Muehe, panjang banget ya? Okesip, dilanjut besok lagi yaa ceritanya. Syukron katsiron buat yang mau baca, ila liqo’. J

0 Commentary

Review please.. :)