Hallow, pemilik blog balik lagi nih setelah hampir dua bulan kembali membiarkan blognya berdebu dan dihuni keluarga laba-laba. #apa
Jadi, ceritanya mau posting cerbung baru sebelum lanjut Letting You Go yang entah kenapa tetiba stuck. Mungkin otak gue lagi bete sama cerita tentang persahabatan kali ya? Atau memang udah muak karena setiap hari selalu mencatat cerita tentang persahabatan gue dan beberapa orang gila itu di dunia nyata? Ah, apapun alasan otak gue, gue nggak bakal memaksa untuk cepet-cepet merampungkan cerbung yang satu itu kok. Kenapa? Karena nggak setiap hari gue punya kesempatan untuk pegang laptop secara bebas. Iya, pegang laptopnya udah punya jadwal tersendiri. Kalo melanggar, gue bakal kena sanksi yang nggak ringan menurut gue dari mamih tercinta. Okedeh sebelum curcol gue melebar kemana-mana lebih baik gue akhiri sampai di sini, selamat membaca prolog cerbung baru ini. Semoga suka! :)
***
“Kau yakin tak mau ikut?”
Langkah Belle langsung berhenti mendadak,”Permainan
tidak jelas macam itu?” kemudian mengarahkan dagu lancipnya ke puluhan kepala
yang tengah membentuk lingkaran besar di salah satu sudut halaman Egraside Academy.
“Kau bercanda, huh?” kali ini ia menyandarkan
punggungnya ke salah satu tiang penyangga,”Memikirkannya saja pun aku sama
sekali tak tertarik.”
“Kudengar, Leon akan ikut.” ada jeda
sejenak,”Lagipula, yang kaulihat hanyalah permulaan untuk menentukan pasangan
saja. Permainan sebenarnya masih dirahasiakan oleh Sky dan komplotannya itu.”
Mendengar nama pujaan hatinya disebut, mau tak mau
membuat Belle tertarik. “Oh, benarkah?”
“Jika aku berbohong, lalu siapa sosok yang tepat
berada di depan Sky?”
Hazelnya langsung mencari sosok yang dimaksud, dan
langsung menyunggingkan senyum tipis saat menemukan wajah tampan dengan gaya
rambut khas landak yang berhasil membuatnya terpesona hampir dua tahun
terakhir.
“Baiklah, sudah kuputuskan! Jika Leon mengikuti
permainan itu, maka aku juga akan ikut.” sedetik kemudian ia langsung melesat
menuju lingkaran besar itu, meninggalkan Sierra yang masih berusaha mencerna
sikap sang sahabat.
“Hhh, sudah kuduga.”
***
Kenapa? Pendek ya? Namanya juga prolog, kalo kepanjangan nanti potongan-potongan misteri yang gue sematkan di prolog bisa ketebak dengan mudah, jadinya nggak bakal seru dan nggak bakal bikin penasaran yang baca. Baiklah, pemilik blog mau doing-something-in-real-life dulu. See ya! Adios! Ila liqo'!
0 Commentary
Review please.. :)