Oneshoot, terinspirasi sama lagu Me Wo Aketa Mama First Kiss-nya Chiimu Fo (Team 4) AKB48 waktu iseng rewatching MV mereka. Inspirasi emang bisa dateng dari mana aja, ya? XD
+++
“Keiko-chan, issho ni kaerimashou![1]”
Hiroko melangkah dengan ceria ke meja sahabatnya sesaat setelah
Urayama-Sensei menghilang di balik punggung teman-teman sekelasnya yang
saling berdesakan di ambang pintu, kemudian gadis itu duduk di kursi kosong
sebelah Keiko.
“Aah... gomen nasai[2], Hiroko-chan.
Aku masih harus menyiram tanaman di kebun sekolah.”
“Heeh?” kurva Hiroko mengerucut seketika,”Bukannya jadwalmu itu
kemarin, ya?”
Keiko menggaruk kepala belakangnya yang sebenarnya sama sekali
tidak terasa gatal,”Eto.. Okabe-Senpai sedang ada urusan
keluarga, jadi aku yang menggantikannya.”
“Sou desu ka?[3]” Hiroko
mengangguk paham,”Wakatta[4]. Zannen
desu[5],
padahal aku ingin mengajakmu makan okonomiyaki[6] di
kedai langganan, karena sudah lama kita tidak ke sana.”
“Aaah... sekali lagi maafkan aku.” Keiko menunduk dalam, tanda
menyesal. Kalau saja ia tahu hari ini Hiroko mengajaknya makan okonomiyaki
di kedai langganan, sudah pasti ia akan meminta bantuan anggota klub berkebun
lain yang tidak sibuk.
Hiroko menggeleng kecil sembari tersenyum tipis,”Daijoubu desu[7],
aku bisa mengajak Nee-chan.” sebelah tangannya yang bebas
digunakan untuk mengusap pelan kedua tangan Keiko yang berada di atas meja. “Kalau
begitu, aku duluan ya! Jaa, mata ashita[8]!”
Keiko mengangguk,”Jaa!” tangan kanannya masih melambai meski
punggung Hiroko telah menjauh.
+++
“Ah, sudah sore ternyata.” teriak Keiko ketika melirik arloji di
pergelangan tangan kirinya. Saat ini sekolah sudah sepi, hanya menyisakan anak
klub sepak bola yang baru saja selesai berlatih untuk pertandingan persahabatan
minggu depan dengan sekolah tetangga, beberapa kakak kelas yang masih sibuk
keluar-masuk perpustakaan, dan kumpulan siswa kurang kerjaan yang sedang asyik
bergerumul di sudut taman sekolah. Jadi, berteriak seperti ini sama sekali tak
akan membuatnya mendapatkan detensi seperti tempo hari. Karena Maeda-Sensei
yang bertugas keliling sekolah untuk mendisiplinkan para siswa sudah pulang
sejam yang lalu.
“Oh,” Keiko nyaris lupa bagaimana caranya berkedip ketika melangkah
ke ruang loker dan melihat sosok atletis itu berdiri tak jauh dari lokernya. “Konnichiwa[9], Yoshiro-Senpai.”
“Konnichiwa.”
Keiko menghela napas berat sembari melangkah ke lokernya, selalu
seperti ini. Jika berpapasan dan menyapa terlebih dahulu, selalu dibalas
dengan kalimat pendek. Jika tidak disapa, tidak akan pernah mau menyapa
terlebih dahulu. Padahal ia tidak pernah terlibat cekcok dengan kakak kelasnya
yang satu itu, tapi sepertinya memang Yoshiro-Senpai yang sengaja
menjauh.
“Senpai, apa sekarang kau mau pulang?” Keiko memberanikan
diri untuk bertanya, hanya untuk mencairkan suasana ruang loker yang entah
kenapa berbeda dari biasanya sore ini. Dahinya berkerut saat telinganya tak
menangkap suara bass miliki Yoshiro. “Senpai? Yoshiro-Sen—“
Sontak Keiko langsung membelalakkan matanya ketika berbalik dan
menemukan Yoshiro sedang mengunci bibir tipisnya. Ini... kuharap ini bukan
bagian dari mimpi. Awalnya Keiko berusaha melepaskan diri dari pelukan
Yoshiro karena mereka sudah cukup lama bertahan dengan pose seperti ini, tetapi
pemuda jangkung itu malah semakin mengeratkan pelukannya. Seperti singa yang
tak rela melepaskan buruannya begitu saja.
“Ahahha, ku kira juga begitu.”
“Jadi, yang harus kita lakukan sekarang adalah...”
Keiko buru-buru membalikkan badan, berpura-pura merapikan isi loker
dan memasukkan beberapa barang ke dalam tasnya saat mendengar langkah kaki yang
semakin mendekat. Beruntung Yoshiro mau melepaskan pelukannya, dan saat ini
pemuda itu tengah bersandar di loker sebelah dengan gaya khas. Kedua tangan
yang dimasukkan ke dalam saku celana.
“Mata ashita aimashou.[10]”
Suara lembut yang sekarang sedang mampir di telinganya mampu
menghipnotis, membuatnya berhenti berpura-pura memasukkan barang ke dalam tas. Sepertinya
kedua orang yang tadi sempat mengacau sudah pergi, syukurlah kalau begitu.
Keiko langsung berbalik badan dengan cepat, kemudian berteriak saat
punggung Yoshiro menjauh. Membuat Yoshiro berhenti sejenak. “Senpai!”
jeda sejenak untuk menetralisir jantungnya yang entah mengapa saat ini begitu
aktif,”Jaa, mata ashita!”
Yoshiro tersenyum tanpa membalikkan badan, kemudian kembali
melangkah keluar dari ruang loker. Meninggalkan Keiko yang masih berusaha
menetralisir debar jantungnya. “Kuharap kau tidak berbohong, Senpai.”
0 Commentary
Review please.. :)