Unforgettable Moment

Fa // Minggu, 21 Juni 2015

Oneshoot, terinspirasi sama lagu Me Wo Aketa Mama First Kiss-nya Chiimu Fo (Team 4) AKB48 waktu iseng rewatching MV mereka. Inspirasi emang bisa dateng dari mana aja, ya? XD
+++
“Keiko-chan, issho ni kaerimashou![1]
Hiroko melangkah dengan ceria ke meja sahabatnya sesaat setelah Urayama-Sensei menghilang di balik punggung teman-teman sekelasnya yang saling berdesakan di ambang pintu, kemudian gadis itu duduk di kursi kosong sebelah Keiko.
“Aah... gomen nasai[2], Hiroko-chan. Aku masih harus menyiram tanaman di kebun sekolah.”
“Heeh?” kurva Hiroko mengerucut seketika,”Bukannya jadwalmu itu kemarin, ya?”
Keiko menggaruk kepala belakangnya yang sebenarnya sama sekali tidak terasa gatal,”Eto.. Okabe-Senpai sedang ada urusan keluarga, jadi aku yang menggantikannya.”
Sou desu ka?[3]” Hiroko mengangguk paham,”Wakatta[4]. Zannen desu[5], padahal aku ingin mengajakmu makan okonomiyaki[6] di kedai langganan, karena sudah lama kita tidak ke sana.”
“Aaah... sekali lagi maafkan aku.” Keiko menunduk dalam, tanda menyesal. Kalau saja ia tahu hari ini Hiroko mengajaknya makan okonomiyaki di kedai langganan, sudah pasti ia akan meminta bantuan anggota klub berkebun lain yang tidak sibuk.
Hiroko menggeleng kecil sembari tersenyum tipis,”Daijoubu desu[7], aku bisa mengajak Nee-chan.” sebelah tangannya yang bebas digunakan untuk mengusap pelan kedua tangan Keiko yang berada di atas meja. “Kalau begitu, aku duluan ya! Jaa, mata ashita[8]!”
Keiko mengangguk,”Jaa!” tangan kanannya masih melambai meski punggung Hiroko telah menjauh.
+++
“Ah, sudah sore ternyata.” teriak Keiko ketika melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. Saat ini sekolah sudah sepi, hanya menyisakan anak klub sepak bola yang baru saja selesai berlatih untuk pertandingan persahabatan minggu depan dengan sekolah tetangga, beberapa kakak kelas yang masih sibuk keluar-masuk perpustakaan, dan kumpulan siswa kurang kerjaan yang sedang asyik bergerumul di sudut taman sekolah. Jadi, berteriak seperti ini sama sekali tak akan membuatnya mendapatkan detensi seperti tempo hari. Karena Maeda-Sensei yang bertugas keliling sekolah untuk mendisiplinkan para siswa sudah pulang sejam yang lalu.
“Oh,” Keiko nyaris lupa bagaimana caranya berkedip ketika melangkah ke ruang loker dan melihat sosok atletis itu berdiri tak jauh dari lokernya. “Konnichiwa[9], Yoshiro-Senpai.”
Konnichiwa.”
Keiko menghela napas berat sembari melangkah ke lokernya, selalu seperti ini. Jika berpapasan dan menyapa terlebih dahulu, selalu dibalas dengan kalimat pendek. Jika tidak disapa, tidak akan pernah mau menyapa terlebih dahulu. Padahal ia tidak pernah terlibat cekcok dengan kakak kelasnya yang satu itu, tapi sepertinya memang Yoshiro-Senpai yang sengaja menjauh.
Senpai, apa sekarang kau mau pulang?” Keiko memberanikan diri untuk bertanya, hanya untuk mencairkan suasana ruang loker yang entah kenapa berbeda dari biasanya sore ini. Dahinya berkerut saat telinganya tak menangkap suara bass miliki Yoshiro. “Senpai? Yoshiro-Sen—“
Sontak Keiko langsung membelalakkan matanya ketika berbalik dan menemukan Yoshiro sedang mengunci bibir tipisnya. Ini... kuharap ini bukan bagian dari mimpi. Awalnya Keiko berusaha melepaskan diri dari pelukan Yoshiro karena mereka sudah cukup lama bertahan dengan pose seperti ini, tetapi pemuda jangkung itu malah semakin mengeratkan pelukannya. Seperti singa yang tak rela melepaskan buruannya begitu saja.
“Ahahha, ku kira juga begitu.”
“Jadi, yang harus kita lakukan sekarang adalah...”
Keiko buru-buru membalikkan badan, berpura-pura merapikan isi loker dan memasukkan beberapa barang ke dalam tasnya saat mendengar langkah kaki yang semakin mendekat. Beruntung Yoshiro mau melepaskan pelukannya, dan saat ini pemuda itu tengah bersandar di loker sebelah dengan gaya khas. Kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.
Mata ashita aimashou.[10]
Suara lembut yang sekarang sedang mampir di telinganya mampu menghipnotis, membuatnya berhenti berpura-pura memasukkan barang ke dalam tas. Sepertinya kedua orang yang tadi sempat mengacau sudah pergi, syukurlah kalau begitu.
Keiko langsung berbalik badan dengan cepat, kemudian berteriak saat punggung Yoshiro menjauh. Membuat Yoshiro berhenti sejenak. “Senpai!” jeda sejenak untuk menetralisir jantungnya yang entah mengapa saat ini begitu aktif,”Jaa, mata ashita!”
Yoshiro tersenyum tanpa membalikkan badan, kemudian kembali melangkah keluar dari ruang loker. Meninggalkan Keiko yang masih berusaha menetralisir debar jantungnya. “Kuharap kau tidak berbohong, Senpai.”




[1] Pulang bareng, yuk!
[2] Maaf
[3] Begitu ya?
[4] Aku mengerti
[5] Sangat disayangkan
[6] Adonan kue yang ditumis
[7] Tidak apa-apa
[8] Sampai jumpa besok, ya!
[9] Selamat sore
[10] Besok kita bertemu lagi, ya

0 Commentary

Review please.. :)