“Nis,
aku boleh lihat buku tugas matematikamu nggak? Soalnya aku belum mengerjakan
tugas yang di berikan oleh Bu Lilis kemarin, boleh ya?” tanya Andre dengan
sedikit memaksa.
Sang
pemilik buku yang sedang asyik membaca novel terdiam selama beberapa saat,
kemudian menggeleng keras. Bukan, bukannya ia pelit karena tidak mau
meminjamkan buku tugas matematikanya. Tetapi Andre sudah terlalu sering
meminjam buku tugas matematikanya hanya untuk menyalin tugas yang di berikan
oleh Bu Lilis. Anissa berasumsi kalau ia terus meminjami Andre buku tugas
matematikanya, itu sama saja dengan menjerumuskan teman sekelasnya ke dalam
jurang kebodohan. Lagipula, Anissa bisa mengajari Andre untuk mengerjakan tugas
yang di berikan oleh Bu Lilis—itupun kalau Andre mau.
“Huh,
pelit banget sih jadi orang!” Andre melangkah dengan kesal meninggalkan Anissa.
Annisa
hanya bisa menghela napas panjang dan mengelus dada.
☼☼☼☼
“Huh,
capeknya..” Annisa meluruskan kedua kakinya, kemudian menyandarkan punggungnya
pada sebatang pohon yang ada di belakangnya.
“Hai,
Nis.” sapa Icha, sahabatnya. Ia ikut meluruskan kaki di sebelah Anissa.
“Oh,
hai Cha.” balas Annisa singkat.
“Eh,
ganti baju yuk! Habis ini kan pelajarannya Bu Lilis, kalau kita nggak cepat
ganti baju nanti bisa-bisa di marahi Bu Lilis.” ajak Icha.
Annisa
mengangguk. Kemudian
keduanya melangkah menuju ruang ganti untuk mengganti pakaian olahraga mereka
dengan seragam putih-biru. Setelah selesai, keduanya langsung meluncur menuju
kelas.
☼☼☼☼
“Lho,
buku tugasku kemana?” pekik Anissa kaget ketika mendapati buku tugas
matematikanya sudah lenyap dari atas meja.
“Di
tasmu kali, coba cari aja dulu.” saran Dea, teman sebangku Annisa.
Annisa
mengerutkan dahi, ia yakin benar kalau buku tugas matematikanya di taruh di
atas meja, bukannya di dalam tas. Tapi akhirnya ia menuruti saran Dea,
tangannya merogoh masuk tas punggung Hello Kitty-nya. Mengobrak-abrik seluruh
sudut tas punggungnya, namun hasilnya nihil. Anissa juga melongok laci mejanya,
hasilnya tetap nihil. Buku tugas matematikanya lenyap.
“Nggak
ada..” lirih Annisa, matanya mulai berkaca-kaca. “Bagaimana ini? Aku takut di
marahi Bu Lilis..”
“Nisa,
kenapa?” tanya Icha sambil melangkah mendekati meja Anissa.
Annisa
tak bergeming, ia masih kalut.
“Buku
tugas matematikanya Annisa lenyap, baik di dalam tas ataupun di laci meja nggak
ada.” balas Dea, mewakili Annisa.
“Bagaimana
kalau kita geledah semua tas dan laci meja teman-teman, aja?” usul Icha.
Namun
sayang, usul yang ia berikan tepat di saat Bu Lilis melangkah menuju kelas
mereka. Usul itupun akhirnya kandas, karena Bu Lilis sudah datang dan tak ada
waktu lagi untuk mencari buku tugas matematika milik Annisa.
“Pagi,
anak-anak…” sapa Bu Lilis sambil melangkah menuju kursi guru.
“Pagi,
bu..” balas seisi kelas.
“Baik,
sekarang kumpulkan buku tugas matematika kalian.”
Semua
murid pun maju ke depan kelas untuk mengumpulkan buku tugas mereka, hanya dua
orang saja yang tidak maju. Yaitu Annisa dan Icha. Annisa mengerutkan dahi
ketika melihat Icha tidak maju untuk mengumpulkan buku tugas matematikanya,
karena setahunya Icha sudah mengerjakan tugas itu.
“Annisa,
Clarissa, kenapa kalian tidak mengumpulkan buku tugas matematika kalian?”
sentak Bu Lilis.
“Bu-buku
tugas matematika saya hilang, Bu..” Annisa menundukkan wajahnya.
“Bohong
tuh, Bu! Paling si Annisa belum ngerjain tugas dari Ibu.” celetuk Andre.
Tunggu dulu, Annisa
mengerutkan dahi, kenapa Andre bisa
berkata seperti itu? Lalu.. kenapa juga tadi ia mengumpulkan buku tugasnya?
Jangan-jangan.. enggak, aku nggak boleh berpikiran negatif seperti itu dulu.
“Buku
tugas saya ketinggalan, Bu.” sahut Icha.
Annisa
kembali mengerutkan dahi, kenapa Icha
bohong? Padahal kan Icha bawa buku tugas matematikanya.
“Oke,
karena kalian tidak mengumpulkan tugas yang Ibu berikan. Sekarang kalian
berdiri di koridor kelas sampai jam pelajaran ibu selesai.” perintah Bu Lilis.
Annisa
melangkah dengan lesu menuju koridor kelas, lalu di susul Icha. Sekilas, Annisa
sempat mengedarkan pandangan ke seluruh sudut
kelas dan mendapati sosok Andre dengan senyum kemenangan yang menghiasi
wajahnya.
“Kenapa,
Cha?” tanya Annisa ketika mereka sudah sampai di koridor kelas,”Kenapa kamu
berbohong, aku tau kamu kalau buku tugas matematikamu nggak ketinggalan.”
“Karena
aku nggak tega melihatmu di hukum sama Bu Lilis, jadi.. aku berbohong supaya
bisa menemanimu di koridor kelas.” jawab Icha enteng.
“Makasih
ya, Cha..” Annisa menghamburkan diri ke dalam pelukan sahabatnya.
Icha
langsung menyambut tubuh Annisa dengan dekapan hangat,”Itulah artinya sahabat
sejati, Nis.” tangannya dengan refleks membelai rambut Annisa.
☼☼☼☼
“I-ini
kan buku tugas matematikaku.” bisik Annisa ketika pandangannya jatuh pada
sebuah buku bersampul coklat di dalam tempat sampah yang ada di koridor
kelasnya. Tanpa komando dari siapapun tangannya langsung meraih buku itu.
“Lho,
itu buku tugas matematikamu. Nis.” kata Icha yang baru keluar dari kelas.
“Iya,
aku menemukannya di dalam tempat sampah. Tega sekali yang menyembunyikan dan
membuang buku tugasku di dalam tempat sampah itu.” jawab Annisa.
“Aku
tau siapa yang menyembunyikan dan membuang buku tugasmu di dalam tempat sampah
itu, Nis.” kata Hilda sambil melangkah mendekati Annisa dan Icha,”Andre, dia
yang menyembunyikan dan membuang buku tugasmu di dalam tempat sampah itu. Maaf
karena aku baru memberitahumu sekarang, karena Andre mengancam akan mengempiskan
ban sepedaku kalau aku berani buka mulut.”
“Nggak
papa, kok Da. Terima kasih karena sudah memberitahu.” Annisa tersenyum
kecil,”Nah, sekarang masalahnya selesai. Icha, kamu mau kan mengantarku ke
ruang guru untuk menemui Bu Lilis? Aku ingin memberikan buku tugas ini pada Bu
Lilis, aku nggak mau nilai di rapotku nanti ada yang kosong.”
“Oh
iya, aku juga mau memberikan buku tugasku.” sahut Icha sambil membuka tas
punggungnya, tangannya langsung mengambil buku tugas miliknya.
“Jadi..
sebenarnya buku tugasmu nggak ketinggalan, Cha?” tanya Hilda tak percaya,”Lalu
kenapa tadi kamu bilang buku tugasmu ketinggalan?”
“Itu
rahasia,” Icha mengamit tangan sahabatnya, keduanya melangkah menuju ruang
guru.
“Oh
iya, Nis. Apa kamu berniat memberitahukan yang sebenarnya terjadi pada Bu
Lilis?” tanya Icha.
“Enggak,
aku nggak akan memberitahukan yang sebenarnya terjadi pada Bu Lilis. Aku akan
bilang kalau ternyata bukuku terselip di antara buku cetak.” Annisa tersenyum
tipis.
“Kenapa
kamu nggak berniat memberitahukan yang sebenarnya terjadi pada Bu Lilis?
Memangnya kamu nggak berniat untuk membalas perbuatan Andre?” balas Icha.
“Jangan
samakan semua orang dengan dirimu, Cha.” Annisa mengerling.
Icha
hanya mendengus kesal.
0 Commentary
Review please.. :)