Pecinta Hujan

Fa // Senin, 20 Januari 2014


“Hujan…” gumamku pelan ketika menengadahkan kepala ke langit dan medapati butir-butir air langit perlahan jatuh ke bumi. Dalam hitungan detik butir-butir itu bertambah deras, sepertinya hujan tak sabar untuk bercumbu dengan bumi. Kulangkahkan kakiku dalam irama cepat agar tidak kehujanan karena hari ini tidak membawa payung. Namun langkahku terhenti ketika melewati taman kompleks perumahan yang biasa kulewati sepulang sekolah dan mendapati gadis itu lagi sedang memutarkan tubuhnya di tengah hujan, menampakkan ekspresi bahagia—awalnya kukira ia adalah jelmaan katak yang sedang merindukan hujan saking bahagianya ia.

Ini bukan kali pertama aku mendapati gadis itu dalam adegan hujan seperti ini, kalau di hitung-hitung ini sudah yang kesekian kalinya—aku lupa tepatnya. Pernah suatu hari aku memberanikan diri melangkah mendekatinya dan bertanya mengapa ia sangat suka bermain di tengah hujan seperti anak kecil, namun yang aku dapatkan bukanlah sebuah jawaban. Melainkan hanya sebuah senyum kecil ditambah rona merah muda yang bersemu di kedua pipinya, sedetik kemudian ia berlari menjauhiku.

Aku mematung selama beberapa saat, terombang-ambing dalam lautan kebimbangan. Akal sehatku menyuruhku untuk meninggalkan gadis itu dan melanjutkan kembali perjalananku menuju rumah, tetapi hati kecilku berbisik dan merongrongku untuk mendekati gadis itu. Memberanikan diri untuk bertanya lagi pertanyaan yang sama. Setelah terjadi pergulatan yang cukup menguras pikiran antara akal sehat dan hati kecilku, akhirnya hati kecilku-lah pemenangnya.

Kulangkahkan kaki mendekati gadis itu sambil memasang sebuah senyum tipis,”Hai.. ternyata kamu masih tetap suka ya bermain di tengah hujan seperti ini…”

Dia tampak sedikit terkejut, tetapi sedetik kemudian dia tersenyum kecil.

“Sepertinya kamu sangat menyukai hujan, pasti hujan menyimpan kenangan terindah dan manis untukmu. Benar kan?”

Mulutnya masih terkatup rapat, sama sekali tak berniat untuk mengeluarkan sepatah kata. Awalnya aku mengira ia akan berlari menjauhiku seperti waktu itu, namun yang terjadi malah di luar dugaanku.

“I-iya, aku suka hujan! Sangat suka! Karena…” ada semburat merah muda yang muncul perlahan di kedua pipinya,”Karena hujan sangat baik. Dia telah mempertemukanku dengan seseorang yang kini menjajah hatiku, yaitu kamu. Selain suka hujan aku juga suka kamu! Sangat suka!”

Sedetik kemudian ia berlari menjauhiku—sama seperti waktu itu—meninggalkanku dengan sejuta tanda tanya yang mulai bermunculan dalam benakku.

0 Commentary

Review please.. :)