“Hujan…”
gumamku pelan ketika menengadahkan kepala ke langit dan medapati butir-butir
air langit perlahan jatuh ke bumi. Dalam hitungan detik butir-butir itu
bertambah deras, sepertinya hujan tak sabar untuk bercumbu dengan bumi.
Kulangkahkan kakiku dalam irama cepat agar tidak kehujanan karena hari ini
tidak membawa payung. Namun langkahku terhenti ketika melewati taman kompleks
perumahan yang biasa kulewati sepulang sekolah dan mendapati gadis itu lagi sedang memutarkan tubuhnya di
tengah hujan, menampakkan ekspresi bahagia—awalnya kukira ia adalah jelmaan
katak yang sedang merindukan hujan saking bahagianya ia.
Ini
bukan kali pertama aku mendapati gadis itu dalam adegan hujan seperti ini,
kalau di hitung-hitung ini sudah yang kesekian kalinya—aku lupa tepatnya. Pernah
suatu hari aku memberanikan diri melangkah mendekatinya dan bertanya mengapa ia
sangat suka bermain di tengah hujan seperti anak kecil, namun yang aku dapatkan
bukanlah sebuah jawaban. Melainkan hanya sebuah senyum kecil ditambah rona
merah muda yang bersemu di kedua pipinya, sedetik kemudian ia berlari
menjauhiku.
Aku
mematung selama beberapa saat, terombang-ambing dalam lautan kebimbangan. Akal
sehatku menyuruhku untuk meninggalkan gadis itu dan melanjutkan kembali
perjalananku menuju rumah, tetapi hati kecilku berbisik dan merongrongku untuk
mendekati gadis itu. Memberanikan diri untuk bertanya lagi pertanyaan yang
sama. Setelah terjadi pergulatan yang cukup menguras pikiran antara akal sehat
dan hati kecilku, akhirnya hati kecilku-lah pemenangnya.
Kulangkahkan
kaki mendekati gadis itu sambil memasang sebuah senyum tipis,”Hai.. ternyata
kamu masih tetap suka ya bermain di tengah hujan seperti ini…”
Dia
tampak sedikit terkejut, tetapi sedetik kemudian dia tersenyum kecil.
“Sepertinya
kamu sangat menyukai hujan, pasti hujan menyimpan kenangan terindah dan manis
untukmu. Benar kan?”
Mulutnya
masih terkatup rapat, sama sekali tak berniat untuk mengeluarkan sepatah kata.
Awalnya aku mengira ia akan berlari menjauhiku seperti waktu itu, namun yang
terjadi malah di luar dugaanku.
“I-iya,
aku suka hujan! Sangat suka! Karena…” ada semburat merah muda yang muncul
perlahan di kedua pipinya,”Karena hujan sangat baik. Dia telah mempertemukanku
dengan seseorang yang kini menjajah hatiku, yaitu kamu. Selain suka hujan aku
juga suka kamu! Sangat suka!”
Sedetik
kemudian ia berlari menjauhiku—sama seperti waktu itu—meninggalkanku dengan
sejuta tanda tanya yang mulai bermunculan dalam benakku.
0 Commentary
Review please.. :)