“Hei
Althea!” teriak seorang pemuda bersurai cokelat pada seorang gadis bersurai
hitam yang berjarak hanya sekitar satu meter saja dari tempatnya berpijak.
Namun sepertinya sang pemilik nama tak berniat menjawab panggilan tersebut,
hanya menolehkan kepalanya sebentar dengan wajah datar lalu melangkahkan lagi
kakinya dengan irama cepat. Tetapi si pemuda tak mau menyerah, ia meluncurkan
sebuah mantra yang langsung membuat si gadis mematung di tempat.
“Kau
tak boleh memakai sihir di luar kelas tanpa seizin Master Clover selaku guru mantra! Dan omong-omong.. lepaskan aku!
Aku sedang ada pertemuan penting dengan Mistress
Maddie untuk membahas materi elemen sihir yang akan kuajarkan pada murid kelas
satu tiga jam lagi.” balas gadis bernama Althea dengan nada galak.
“Oh,
kau sedang ada pertemuan penting dengan Mistress
Maddie ya? Oke, maaf. Akan kulepaskan kau dari sihir yang membelenggumu.” pemuda
itu menganyunkan tongkat sihir yang
ada di tangan kanannya sambil merapalkan sebuah mantra.
“Kalau
ingin bicara padaku cepat, aku sibuk.” kata Althea masih dengan nada galak.
“Ck,
sibuk sekali Ketua Murid Equinox yang satu ini.” jeda sejenak,”Oke, aku akan
langsung to the point. Sebenarnya aku
hanya ingin bertanya tentang masalah yang sedang terjadi antara kau dan Eve,
dan… kenapa kau berubah akhir-akhir ini? Apa yang menjadi penyebab berubahnya
sifatmu? Apa karena Wizarding Last Exam
yang akan diadakan bulan depan?”
“Eve
masih marah padaku, sepertinya dia tak mau memaafkanku meskipun aku sudah
berulang kali minta maaf padanya. Dan.. aku sama sekali tak mengerti maksudmu.
Memangnya sifatku berubah ya? Kurasa tidak, aku masih Althea Salvatore yang
dulu, Ed.” Althea mengernyitkan dahinya.
“Kau
berubah, bukan seperti Althea Salvatore yang dulu kukenal, bukan lagi seperti Althea
Salvatore yang selalu bermain tebak-tebakkan dipinggir danau bersamaku, dan
bukan lagi seperti Althea Salvatore yang selalu membuatku tersenyum dengan kalimat
polosmu. Kau berubah, sifat polosmu kini tergantikan dengan sifat arogan dan
ambisius yang sama sekali tak mencerminkan sifat asramamu.” jawab pemuda
bernama Edmund itu.
“Arogan?
Ambisius? Aku tidak seperti yang kau bilang, Ed. Aku hanya ingin seperti
kakakku saja. Menjadi seorang Ketua Murid bernama Athena Salvatore yang sempurna
dan selalu dikagumi banyak orang.” terang Althea.
“Ingat,
kau itu Althea Salvatore, bukan Athena Salvatore! Kau tak bisa menjadi seperti
dirinya, sifat kalian berdua sangatlah bertolak-belakang. Dan kalau kau tetap
nekat untuk menjadi seperti Mauryn, kau hanya akan mendapat siksaaan batin
akibat perbuatanmu sendiri.”
“Cukup
Ed! Kau tidak berhak berkata seperti itu padaku! Yang paling mengerti aku
hanyalah diriku sendiri! Permisi, aku ingin bertemu Mistress Maddie sekarang.” Althea menghela nafas berat, lalu
melangkahkan kakinya meninggalkan Ed yang masih terpaku di koridor. Namun
mereka tak sadar, selama percakapan antara mereka berlangsung ada sepasang mata
yang memandang dengan tatapan kebencian dari balik tiang penyangga.
ªªªªª
Althea
menutup buku sejarah sihir elemennya dengan kasar, menimbulkan suara yang cukup
keras dan membuat semua mata yang ada di halaman tertuju padanya. Namun ia tak
peduli dengan tatapan mata yang ditujukan padanya, ia lebih tertarik untuk
merenungkan semua masalah yang akhir-akhir ini datang menghampirinya. Masalah
satu belum selesai, datang lagi masalah lain. Menumpuk seperti pakaian kotor
yang tak dicuci selama beberapa hari. Kepalanya terasa berdenyut ketika
masalah-masalah itu terputar kembali dibenaknya.
Gadis
tujuh belas tahun itu menghela napas panjang, menjadi Ketua Murid ternyata
tidaklah seasyik dan seenak yang ia bayangkan dahulu. Memang pada awalnya
terasa asyik, enak, dan menyenangkan. Namun semakin lama semuanya terasa
membosankan. Selalu melakukan aktivitas Ketua Murid yang sama setiap hari
selama satu tahun, selalu menjaga sikap dan memberikan contoh yang baik untuk
murid lain. Tsk.
“Althea,
ini gawat!”
Althea
menolehkan kepalanya kearah seorang gadis berkacamata, Vianne Judith. Kini gadis berkacamata itu
telah duduk di sampingnya,
masih berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah sambil membetulkan letak
kacamatanya yang merosot.
“Gawat?
Apa yang gawat, Vi?” Althea mengernyitkan dahinya heran.
“Kristal
Eclaire hilang dari tempatnya dua jam yang lalu, dan… kau dituduh sebagai
pencurinya.” jawab Vianne lambat-lambat.
“Apa?!
Aku? Mencuri Kristal Eclaire?” Althea terlihat gusar,” Yang benar saja?! Dua
jam yang lalu saja aku sedang berada di kelas sihir kuno dan mengajar murid
kelas satu, bagaimana bisa aku berada di dua tempat berbeda yang jaraknya
sangat jauh dalam waktu yang bersamaan?! Omong-omong, kau dapat informasi ini
darimana?”
“Dari
aula rapat, tadi aku tak sengaja lewat dan mendengar informasi ini.” Vianne
berhenti bicara sejenak,”Secara logika memang tidak mungkin kau berada di dua
tempat dalam waktu yang bersamaan, kecuali…”
“Kecuali
apa? Kau mau menuduhku menggunakan Ramuan Pengganda? Atau mau menuduhku
menggunakan mantra untuk menghentikan waktu?” rongrong Althea,
“Mungkin
saja, kau kan hebat dalam segala hal, itulah sebabnya kau terpilih menjadi
Ketua Murid. Selain itu, bukankah hanya Master
Breeze, para pengajar, dan Ketua Murid yang dapat masuk ke ruangan tempat
Kristal Eclaire disimpan? Permisi, aku harus pergi. Oh iya, untuk saat ini
lebih baik aku menjauh darimu, aku tidak ingin tersangkut dalam masalah yang
sangat berat seperti ini. Aku takut semua orang juga mencurigaiku sebagai
pencuri Kristal Eclaire, karena kau kan teman terdekatku di sini. Maaf.” Vianne
bangkit dari duduknya, kemudian melangkah perlahan meninggalkan Althea.
“Aku?!
Mencuri Kristal Eclaire?! Omong kosong macam apa lagi ini?!” gumam Althea entah
pada siapa.
ªªªªª
Althea
menenggelamkan wajahnya ke dalam selimut yang menyelimuti tubuhnya sejak
semalam, ia malas untuk bangkit dari tempat tidur dan menjalani hari ini. Pasti hari ini akan menjadi hari yang berat,
pikirnya dalam hati. Sejak berita pencurian Kristal Eclaire dan berita bahwa
ialah sang pencuri Kristal Eclaire tersebar semua murid bersikap aneh.
Menatapnya dengan tatapan tajam seolah-olah ia adalah Lord Darcy yang harus dijauhi, dikucilkan, dan dimusnahkan. Oke, ia
akui kalau ia memang titisan Lord
Darcy, tetapi meskipun titisannya bukan berarti ia juga memiliki sifat yang
sama persis seperti pengkhianat Equinox sepanjang masa itu. Tsk, kalau saja ia
bukan Ketua Murid sudah pasti semua murid yang menatapnya tajam akan langsung
ia beri pelajaran dengan mantra penyiksa—atau mungkin lebih baik dimusnahkan
menggunakan mantra pemusnah. Sayangnya sampai saat ini ia masih menjabat
sebagai Ketua Murid dan tidak bisa melakukan hal yang terlintas dibenaknya.
“Althea,
Master Breeze menyuruhmu untuk ke
aula rapat.” kata seorang gadis dari balik pintu kamar Althea yang sedikit
terbuka.
Althea
menyibakkan selimutnya, menolehkan kepala kearah gadis itu. Mendengus pelan
sambil mengerjapkan kedua kelopak matanya berkali-kali. “Aula rapat? Untuk
apa?”
“Mana
kutahu, lebih baik kau segera ke sana kalau tidak mau mendapatkan masalah yang
lebih sesius lagi.” gadis itu mengedikkan kedua bahunya, bayangannya telah
menghilang dari pandangan Althea.
Gadis tujuh belas tahun itu melangkahkan kakinya dengan gontai menuju aula rapat, sesekali memejamkan matanya sepanjang perjalanan menuju aula rapat untuk menghindari tatapan tajam yang dialamatkan kepadanya. Kedua tangannya kini memegang gagang pintu aula rapat yang terbuat dari kayu ek, menghela napas panjang dan memantapkan hatinya untuk masuk ke dalam aula rapat.
“Ah,
duduklah Miss Salvatore. Ada yang ingin kami
bicarakan denganmu.”
Althea
melangkahkan kakinya mendekati Master Breeze,
para pengajar, dan juga Sierra yang sedang duduk melingkari meja bundar.
Kemudian duduk di satu-satunya kursi yang masih tak berpenghuni. Dahinya berkerut
ketika menatap Sierra yang duduk di sebelahnya sambil menyeringai sinis. Ada
tanda tanya besar yang bernaung dikepalanya ketika melihat Sierra juga ada
dalam aula rapat ini.
“Begini,
Miss Salvatore. Kau sudah tahu kan kalau Kristal
Eclaire hilang dari tempatnya dan kau dituduh menjadi pencurinya?” tanya Master Breeze.
“Ya,
aku tahu. Tapi sumpah demi apapun bukan aku yang mencuri Kristal Eclaire.”
jawab Althea sambil berusaha menenangkan dirinya agar emosinya tidak
meledak-ledak,”Ketika Kristal Eclaire hilang dari tempatnya, aku sedang
mengajar sihir kuno untuk para murid kelas satu. Bagaimana mungkin aku bisa
berada di dua tempat berbeda dalam waktu yang bersamaan?”
“Mungkin
saja, kau kan titisan Lord Darcy. Kau
bisa saja menggunakan Ramuan Pengganda, mantra menghentikan waktu, atau malah
menggunakan sihir hitam untuk mencuri Kristal Eclaire seperti yang selalu saja
ingin dilakukan oleh Lord Darcy
sebelum akhirnya ia dimusnahkan oleh Estrella
Saga untuk selamanya.” cibir Sierra sambil tersenyum misterius.
“Aku
bukan titisan Lord Darcy! Dan aku
sama sekali tidak punya keinginan untuk mencuri Kristal Eclaire, apalagi sampai
menggunakan sihir hitam untuk mencurinya. Karena aku sama sekali tidak tahu
kegunaan Kristal Eclaire, jadi untuk apa mencurinya?!” balas Althea dengan nada
yang sedikit dinaikkan satu oktaf.
“Kau
itu titisan Lord Darcy, sayang. Dan sekeras apapun kau mengelak
kau tak akan pernah bisa menyangkal kenyataan ini. Bulan sabit berwarna salem
tua yang ada ditangan kananmulah yang menunjukkan bahwa kau benar-benar titisan Lord Darcy.” Sierra menaikkan sebelah alisnya, masih dengan senyum
misterius yang mengembang diwajahnya,”Mungkin saja kau mencuri Kristal Eclaire
untuk kau pergunakan dalam upacara pembangkitan Lord Darcy-mu tercinta.”
“KAU―”
Althea mengepalkan tangan kanannya, bersiap melayangkan tinju ke wajah Sierra
yang ia anggap menyebalkan tingkat dewa.
“CUKUP!”
lerai Master Clover yang sudah tidak
tahan dengan perdebatan antara Althea dengan Sierra,”Kami memanggil kalian
kemari bukan untuk menonton perdebatan seperti ini! Miss Darklight berhentilah memancing emosi Miss Salvatore, dan Miss Salvatore kau harus banyak
berlatih untuk mengontrol emosimu karena kontrol emosimu sangat buruk sekali
akhir-akhir ini.”
Althea
menghela napas panjang beberapa kali, berusaha mengontrol emosinya. Akhir-akhir
ini control emosinya memang sangat buruk sekali, mungkin karena pikirannya
terbebani banyak masalah yang sampai sekarang belum menemukan jalan keluar.
“Begini,
Miss Virgia. Kami selaku staff
pengajar sudah sepakat bahwa kami akan mencopot jabatan Ketua Murid yang kau
sandang, dan mengangkat Miss Darklight
sebagai Ketua Murid yang baru.”
Althea
membulatkan matanya dan memasang ekspresi tak percaya ketika mendengar kalimat
yang meluncur dari bibir Master Breeze.
Bukan, ia bukannya berat hati untuk lepas dari jabatan yang sudah hampir satu
tahun ini selalu melekat dalam dirinya. Ia hanya tidak percaya kalau yang akan
menggantikannya adalah Sierra, gadis menyebalkan yang selalu mencari masalah
dengannya sejak kelas satu―bahkan sebelum resmi menjadi murid Equinox.
Memangnya apa yang bisa dibanggakan dari gadis menyebalkan yang hobi bersolek
macam Sierra? Kecantikan paras? Cih, bodoh sekali orang-orang yang selalu
memuja kecantikan hasil polesan kosmetik. Kecantikan paras itu tidak penting,
yang paling penting adalah kecantikan hati. Untuk apa mempunyai paras cantik
jika hatinya buruk?
“Terserah
kalian saja, kalian kan staff pengajar di Equinox. Mungkin ini memang jalan
terbaik yang harus ditempuh.” Althea tersenyum tipis. Meskipun aku tidak yakin seratus persen kalau Sierra bisa menjadi Ketua
Murid yang baik, tambahnya dalam hati.
ªªªªª
Pemikirannya
ternyata benar, setelah diangkat menjadi Ketua Murid kelakuan Sierra bukannya
membaik malah semakin menjadi-jadi. Ia berbuat sesuka hatinya dengan dalih
titel ‘Ketua Murid’ yang ia sandang. Menghukum murid yang tidak melakukan
kesalahan sedikitpun, menggoda murid lelaki dengan gaya centilnya yang khas dan
membuat murid perempuan yang melihat ingin muntah, dan yang lebih parah ia
membuka kelas dandan bagi para murid perempuan yang ingin terlihat cantik
sepertinya. Reputasi Equinox benar-benar di ujung tanduk sejak Sierra yang
menjabat menjadi Ketua Murid, itu terbukti dari semakin sedikitnya orang tua
yang akan memasukkan anak mereka ke Equinox saat tahun ajaran baru mendatang.
“Hai,
Althea.” sapa Edmund yang entah sejak kapan sudah duduk disamping Althea,”Bagaimana
rasanya melepas jabatan sebagai Ketua Murid di penghujung tahun ajaran?.”
“Oh,
hai Ed.” Althea tersenyum kecil,”Bagaimana rasanya? Umm.. rasanya seperti
terbebas dari penjara. Tidak ada lagi masalah yang membebani pikiranku,
hubunganku dengan Eve juga sudah membaik. Eve sudah mau memaafkanku dan
menerimaku lagi menjadi temannya. Yah, meskipun sebenarnya sampai saat ini
gelar ‘pencuri Kristal Eclaire’ masih kusandang. Tapi tak apa, aku tak terlalu
memperdulikannya karena memang bukan aku pencurinya.”
“Yah,
kita berdoa saja semoga pencuri asli Kristal Eclaire segera tertangkap. Agar
sahabat tercintaku ini tidak terbebani lagi.”
Edmund mengusap kepala Althea dengan lembut, tersenyum manis ketika
kedua matanya saling pandang dengan kedua mata milik Althea,”Aku senang kau
kembali menjadi Althea yang seperti dulu.”
“Oh
iya, bagaimana dengan persiapan Wizarding
Last Exam bulan depan? Kau pasti sudah mempersiapkannya dengan matang,
benar kan? Hah, pasti tahun ini kau yang mendapat nilai tertinggi dan mendapat
gelar ‘Penyihir Jenius’/” Edmund memalingkan wajahnya dari Althea, menatap
lurus sekumpulan anak kelas satu yang sedang berbincang-bincang.
“Jangan
memujiku seperti itu, Ed. Belum tentu hasil Wizarding
Last Exam-ku bagus, dan belum tentu juga gelar itu kusandang. Karena siapa
tahu saja ada yang lebih giat belajar dariku.
Semua kemungkinan di dunia ini bisa terjadi dengan adanya campur tangan
dari Yang Maha Kuasa.”
“Spalten!” teriak sebuah suara yang
meluncurkan sebuah mantra kearah Althea dan Edmund, dan seketika itu pula tubuh
mereka terpental kearah yang berbeda,”Bukankah ada peraturan yang melarang para
siswanya untuk berpacaran di dalam sekolah?”
Althea
meringis sambil memegangi bahu kanannya akibat berbenturan dengan tanah saat
Sierra meluncurkan mantra pemisah kearahnya dan Edmund, sementara Edmund berusaha
bangkit dan langsung menghampiri Althea dengan wajah cemas.
“Aku
tidak apa-apa, hanya sedikit sakit saja.” Althea tersenyum lemah ketika Edmund
berlari kecil menghampirinya.
“Sakit
ya? Ups, maaf deh kalau begitu. Salahmu sendiri berpacaran di area sekolah.”
Sierra tersenyum sinis, kemudian membalikkan tubuhnya dan mulai melangkah
menuju koridor sekolah. Dan salahmu juga
karena telah merebut pemuda yang kucintai, tetapi permainan belum usai Althea Salvatore.
Ini baru permulaan, dan tunggu saja kapan permainannya akan berlanjut! tambahnya
dalam hati.
“Hhh,
benar-benar keterlaluan makhluk yang satu itu! Kau yakin tidak apa-apa? Mau
kuantar ke uks tidak?” Edmund membantu Althea berdiri.
“Makhluk?”
Althea terkikik pelan,”Tidak perlu, Ed. Ini tidak lebih buruk daripada kejadian
tahun lalu di saat
aku perang mantra dengannya kok.”
“Yeah, tentu saja makhluk. Karena mana
ada gadis yang memakai polesan make-up
setebal dia? Apa coba namanya kalau bukan makhluk? Setidaknya dia harus
bersyukur karena tidak kupanggil monster pesolek.”
“Kau ini Ed.”
ªªªªª
Gadis
tujuh belas tahun itu membuka kedua kelopak matanya perlahan, terdiam sejenak
sambil mengamati dengan seksama sekelilingnya. Dahinya berkerut dan matanya
masih berpendar dalam ruangan remang-remang tempatnya berada sekarang. Ruangan
yang menjadi tempatnya berpijak bukanlah kamar asrama, bukan juga salah satu
ruangan di dalam Equinox. Ia tak tahu sekarang berada dimana, dan seingatnya
tadi ia sedang tidur dengan lelap dalam kamar asrama. Ia berasumsi bahwa pasti
ada seseorang yang telah membawanya kemari, mungkin menggunakan mantra penghilang.
“Kau
sudah bangun, manis?” sesosok tubuh
berjubah hitam datang menghampirinya, dan suara sosok itu terasa tak asing lagi
di indra pendengarannya.
Sosok
itu semakin mendekat, bukannya takut atau menghindar Althea malah sangat
penasaran dengan sosok tersebut, jadi ia menunggu kapankah sosok itu akan
membuka tudung jubahnya.
“Maaf,
kau tak kuberi tempat yang layak karena tuanku memang tak menginginkan kau
mendapat tempat yang layak dalam kediamannya.” sosok itu membuka tudung
jubahnya sambil tersenyum sinis.
“Sierra?!”
Althea membelalakkan matanya tak percaya ketika melihat sosok yang ada
dihadapannya membuka tudung jubah yang menutupi kepalanya.
“Benar!
Ini aku, Sierra Astoria Darklight. Temanmu tercinta,
Althea Salvatore.” jawab sosok yang ternyata adalah Sierra, masih dengan senyum
sinis yang terlukis diwajahnya.
“Tempat
apa ini? Dan untuk apa kau membawaku kemari?” tanya Althea dengan nada yang
dinaikkan satu oktaf.
“Ssst…
kau tak boleh berbicara dalam nada tinggi, tuanku pasti tak akan suka
mendengarnya. Ini adalah The Dark Manor,
kediaman tuanku.” Sierra melangkah mendekati Althea, tangan kanannya menyentuh
lembut dagu Althea dan mengangkatnya,”Untuk memberimu pelajaran karena telah
merebut pujaan hatiku dan untuk mempertemukanmu dengan tuanku dalam sebuah acara penyambutan kecil.” Sierra
tersenyum misterius.
“Merebut
pujaan hatimu? Siapa memangnya? Dan mana tuanmu itu? Karena aku sedari tadi
tidak melihatnya.”
“Siapa
pujaan hatiku?” ulang Sierra,”Kau masih bertanya siapa pujaan hatiku? Kau itu
bodoh atau polos sih? Kau kan sudah tahu sejak kelas dua kalau aku sangat
menyukai dan mencintai sahabatmu, tetapi kenapa kau malah merebutnya dariku?!
Kenapa?!” teriak Sierra dengan nada sangat tinggi, membuat suaranya bergema ke
seluruh antero ruangan dan itu membuat telinga Althea sedikit sakit
mendengarnya.
“Sahabatku?
Edmund maksudmu?” dahi Althea berkerut,”Aku tidak merebut Edmund darimu,
hubungan kami hanya sebatas sahabat asal kau tahu saja.”
“Tentu
saja Edmund, memangnya siapa lagi sahabatmu di Equinox? Yah, di mulut mungkin
kau bisa saja berkata kalau hubungan kalian hanyalah sebatas sahabat saja.
Tetapi belum tentu dihati kau juga berkata seperti itu. Tidak ada satupun orang
di dunia ini yang mengetahui isi hati orang lain kecuali Tuhan dan orang itu
sendiri, benar kan?” Sierra membelai lembut rambut Althea.
“Hei,
kau belum menjawab pertanyaanku yang tadi.” sela Althea.
“Jangan
mengalihkan topik pembicaraan! Topik pembicaraan kita bukanlah tuanku,
melainkan Edmund!” balas Sierra sangar.
“Sierra,
siapa yang sedang kau ajak bicara? Apakah kau membawa seorang tamu?” tanya sebuah suara tanpa wujud.
“Benar,
tuanku. Aku membawa seorang tamu, sesuai
dengan janjiku padamu tuanku. Aku akan mempertemukanmu dengannya dalam sebuah acara penyambutan kecil.” Sierra
melangkahkan kakinya menuju sebuah cermin yang cukup besar, dan seketika itu
pula muncul sesosok bayangan dalam cermin tersebut. Althea membelalakkan
matanya ketika melihat sosok dalam cermin tersebut.
Sierra
membalikkan tubuhnya, melangkah perlahan menuju Althea. Mencengkram erat lengan
Althea dan menyeretnya menuju cermin itu. Althea berusaha melepaskan cengkraman
Sierra, namun sekeras dan segigih apapun perjuangannya tangan Sierra malah
semakin mengeratkan cengkramannya. “Tuanku, inilah tamu yang kumaksud. Althea Salvatore, titisanmu yang ke seratus.” Sierra
mendorong tubuh Althea supaya lebih dekat dengan sosok dalam cermin itu.
“Hmm,
halo manis. Sebentar lagi kita akan
dapat bertatap wajah langsung, bukan dalam cermin seperti ini.” sapa sosok itu
dengan suara serak.
“Cih,
aku tidak sudi bertemu dengan orang macam kau! Pengkhianat Equinox—ehm,
maksudku pengkhianat dunia sihir wahai Lord
Darcy.” cibir Althea.
“BERANINYA
KAU—“ teriak sosok itu yang ternyata adalah Lord
Darcy, seolah ingin menelan Althea bulat-bulat,”Sierra segera percepat upacara
pembangkitanku! Tanganku sudah gatal ingin mencekik anak ini!”
“Apa?!
Upacara pembangkitan?!” teriak Althea lambat-lambat,”Hei kek, kenapa kau ingin
sekali dibangkitkan kembali sih? Bukankah lebih asyik kalau tinggal di dalam
cermin seperti itu? Tidak butuh makanan, minuman, dan hal lainnya. Oh iya
katamu tadi, kau mau mencekikku ya? Aku kan titisanmu, ck tega sekali kau
mencekik titisanmu sendiri. Kau ini manusia atau bukan sih? Hmm, sepertinya sih
kau bukan manusia. Mungkin blasteran antara manusia dan iblis, atau malah kau
memang iblis sungguhan?”
“SIERRA,
TUNGGU APALAGI?!”
“Baik,
tuanku.”
Sierra
membungkukkan tubuhnya, kemudian mengambil beberapa bahan yang dibutuhkan dalam
acara pembangkitan Lord Darcy. Althea
hanya mengamati gerak-gerik Sierra yang kesana-kemari mengumpulkan bahan-bahan
yang lumayan banyak―seperti pelayan yang sedang mempersiapkan sebuah pesta bagi
majikannya saja. Sebenarnya Althea sama sekali tak tertarik untuk melihat
gerak-gerik Sierra, namun menurutnya ini adalah keputusan yang sangat tepat
dibandingkan dengan terus-menerus memandang sosok Lord Darcy yang memakai tudung jubah itu. Matanya terbelalak ketika
melihat sebual benda berkilauan yang berada dalam pelukan Sierra, dan ia sangat
mengenali benda berkilauan itu. Benda berkilauan itu adalah Kristal Eclaire,
nyawa Equinox. Karena tanpa Kristal Eclaire seluruh area Equinox sama sekali
tidak aman dari serangan sihir hitam yang sering diluncurkan oleh pengikut Lord Darcy, tidak terlapisi tameng tipis
kasat mata.
Ia
jadi teringat dengan perkataan Sierra beberapa hari yang lalu,”Mungkin saja kau
mencuri Kristal Eclaire untuk kau pergunakan dalam upacara pembangkitan Lord Darcy-mu tercinta.” Ternyata
perkataan Sierra saat itu merupakan kode yang sama sekali tak disadari oleh
semua guru Equinox. Tetapi ia masih tidak habis pikir bagaimana cara Sierra mencuri
Kristal Eclaire, karena tidak ada satupun murid lain yang dapat masuk ke
ruangan tempat Kristal Eclaire disimpan selain Master Breeze, staff pengajar, dan tentu saja ia sebagai Ketua
Murid meskipun jabatan Ketua Muridnya sudah dicabut sekarang. Namun ia
berasumsi kalau Sierra bisa saja menggunakan sihir hitam untuk mencuri Kristal
Eclaire mengingat dia adalah salah satu pengikut Lord Darcy.
Althea
mengenyitkan dahi ketika Sierra mengangkat Kristal Eclaire tinggi-tinggi
sembari komat-kamit mengucapkan mantra yang ia sendiri tidak tahu mantra apa
itu, kemudian Sierra menaruh Kristal Eclaire diatas meja yang ada dihadapannya,
melangkahkan kaki mendekati Althea dengan pisau kecil di tangan kanannya. Althea
menjerit dan berusaha mengindar, namun ia kalah cepat dari Sierra.
“Well, inilah saat pertunjukan dan
permainan dimulai Althea.” Sierra menarik tangan kanan Althea dan berusaha
mencari urat nadi yang tepat menggunakan tangan kirinya, sementara tangan
kanannya memutar pisau kecil yang sedari tadi ia bawa. Setelah menemukan urat
nadi di tangan kanan Althea, gadis jahat itu mengiris perlahan tangan Althea. Althea
hanya bisa menjerit kesakitan melihat apa yang dilakukan manusia jahanam yang
kini sedang tertawa sarkatis itu.
Sierra
mengambil botol kecil dari dalam saku jubahnya, dan memasukkan perlahan darah Althea
yang menetes ke dalam botol itu. “Kau tahu, darahmu sangatlah berguna dalam
upacara pembangkitan tuanku karena kau adalah titisannya. Itu artinya darahnya
mengalir dalam darahmu.” Setelah puas mengambil darah Althea yang dibutuhkan,
Sierra membalikkan tubuh dan melangkah kearah sebuah kuali berukuran sedang. Menuangkan
perlahan darah Althea ke dalam kuali itu, mengaduknya beberapa kali dan masih
membaca mantra.
Althea
memegangi tangan kanannya yang masih mengeluarkan darah cukup deras, napasnya
kini tersenggal-senggal. Ia merasa ada hal aneh yang menjalar di sekujur
tubuhnya, dan ia menyadari bahwa tubuhnya terkena Racun Paralyticum—racun yang membuat orang lumpuh seketika dan tak ada
penawarnya. Perlahan namun pasti ia merasa kebas di seluruh tubuhnya, itu
artinya Racun Paralyticum yang
mengalir dalam tubuhnya mulai bereaksi dan menyebar. Tubuhnya menggeliat
kesakitan bagai cacing kepanasan, bibirnya bergerak-gerak, berusaha mengucapkan
sepatah kata. Namun kenyataannya tak ada ssepatah katapun yang keluar dari
bibirnya, lidahnya terasa kelu seperti habis bersentuhan dengan air mendidih.
Ditengah
kesakitannya, Althea mendengar sebuah suara yang berasal entah darimana. Suara
itu menyuruhnya untuk tenang dan mengikutinya mengucapkan sebuah mantra dalam
hati, mantra kuno pelepas sihir, racun, dan ramuan hitam. Sedetik kemudian
tubuhnya terbebas dari Racun Paralyticum
yang hampir membuatnya lumpuh seumur hidup, luka di tangan kanannya juga
perlahan menghilang tanpa bekas. Namun sepertinya ia terlambat, Sierra berhasil
membangkitkan Lord Darcy. Althea
menelan ludah ketika meilhat Lord
Darcy berjalan mendekatinya dengan angkuh, lalu memalingkan pandangan kearah
Sierra yang berjalan tak kalah angkuh di belakang Lord Darcy. Dua lawan satu, ia sudah pasti kalah telak.
“Kenapa
sayang? Kau takut melihatku?” cibir Lord
Darcy yang tengah menyentuh dagu Althea,”Hmm, sepertinya kau sudah terbebas
dari Racun Paralyticum. Tidak
kusangka kau menguasai sihir kuno yang dapat melawan sihir hitam.”
“Aku
sama sekali tidak takut denganmu! Aku hanya merasa… ini sangatlah tidak adil.
Kalian berdua dan aku sendirian, dua lawan satu. Sudah pasti aku kalah telak.” ejek
Althea,”Hng, aku sama sekali tak menguasai sihir kuno seperti yang kau bilang
barusan. Aku bisa terbebas dari Racun Paralyticum
karena bisikan gaib yang menyuruhku untuk tetap tenang dan mengucapkan sebuah
mantra dalam hati.”
“Hmm,
rupanya kau punya pelindung. Tetapi kenapa aku sama sekali tidak mengetahui
siapa pelindungmu?” Lord Darcy
mencengkram erat dagu Althea,”Maukah kau bertarung denganku? Kau bilang satu
lawan dua itu tak adil dan sudah pasti kau akan kalah telak, jadi ayo kita satu
lawan satu dan buktikanlah bahwa kau adalah titisanku yang berguna. Ambil
tongkatmu, dan Sierra menyingkirlah. Ini pertarungan tunggalku dengan Miss Virgia.”
Lord
Darcy melangkah menjauhi Althea, memutar-mutar tongkat sihir miliknya.
Sementara Althea mulai bangkit, menghela napas panjang dan menyuntikkan pemikiran
positif ke dalam benaknya. Meski kemampuan sihirnya sangat baik jika
dibandingkan dengan murid Equinox yang lain, tetapi ia sama sekali tidak mau tinggi
hati. Karena lawannya kali ini bukanlah penyihir sembarangan, jadi bisa saja ia
kalah dan kehilangan nyawa.
“Spalten!” teriak Lord Darcy sehingga tubuh Althea terbentur dinding batu yang ada
dibelakangnya. Althea sama sekali tak menyadari kalau penyihir jahat yang ada
dihadapannya akan langsung menyerang begitu saja tanpa member aba-aba.
“Curang!
Kenapa tak memberi aba-aba terlebih dahulu?!” Althea meringis menahan sakit dan
berusaha bangkit kembali.
“Memberi
aba-aba? Ku kira kau sudah terbiasa dengan serangan mendadak, memangnya kau
tidak diajarkan untuk bersiap menerima mantra kapan saja dalam pertarungan? Ck,
payah sekali guru mantramu!” Lord Darcy
tersenyum sinis.
Althea
menunjukkan ekspresi yang sangat serius,”Spalten.”
Sebuah senyum terbingkai diwajahnya ketika melihat lawannya terpental membentur
meja.
“Jangan pernah meremehkan Master Clover, meskipun kau jauh lebih hebat darinya tetapi bagaimanapun juga dia adalah guruku. Dan aku sama sekali tak akan membiarkan orang lain meremehkannya.”
“Jangan pernah meremehkan Master Clover, meskipun kau jauh lebih hebat darinya tetapi bagaimanapun juga dia adalah guruku. Dan aku sama sekali tak akan membiarkan orang lain meremehkannya.”
“Serventora.” balas Lord Darcy.
“Pendriante.” tangkis Althea, ia berhasil
mengembalikan mantra penyiksa yang diluncurkan oleh Lord Darcy dengan menggunakan mantra pembalik. Ia tersenyum puas
melihat Lord Darcy meringkuk dan
menggeliat bagaikan ulat bulu yang dipanggang. “Kau tahu tidak, kalau ada
pepatah yang mengatakan kebaikan akan selalu menang melawan kejahatan. Tadinya
aku sama sekali tak mempercayai pepatah itu, tetapi sekarang aku percaya. Bersiaplah
menerima kekalahanmu wahai Lord Darcy,
dan membusuklah di neraka bersama kejahatan-kejahatan yang pernah kau perbuat. Sevil―”
“Cruderia.” Sierra meluncurkan mantra penyiksa
yang lebih dahsyat dibandingkan Pendriante
kearah Althea sebelum gadis itu meluncurkan mantra pemusnah kearah tuannya. Dan
seketika itu pula tubuh Althea ikut meringkuk dan menggeliat di lantai beton, berusaha
mengalahkan mantra yang kini menguasai tubuhnya, membuat kepala serasa terbakar.
Sementara Althea sedang bergerilya melawan kesakitannya, Sierra melangkah
mendekati tuannya dan melepaskan tuannya dari mantra penyiksa yang diluncurkan Althea
dengan menggunakan mantra hitam.
“Sierra,
seharusnya kau tak membantuku! Ini adalah pertarungan satu lawan satu dan bukan
pertarungan dua lawan satu. Lagipula kalau kau membantuku pertarungannya tidak
akan menarik lagi.” protes Lord Darcy,”Issaurisia.”
Althea
mengatur napasnya dan mulai bangkit perlahan, ia sama sekali tak mengerti
mengapa Lord Darcy membebaskannya
dari mantra penyiksa.
“Tuan,
kenapa anda malah membantu Althea?” protes Sierra.
“Bukankah
sudah kubilang ini pertarungan satu lawan satu dan bukan pertarungan dua lawan
satu? Tetapi kenapa kau malah membantuku?” balas Lord Darcy.
“Aku
hanya tidak ingin kau dikalahkan begitu saja oleh bocah tujuh belas tahun.”
“Sierra, menyingkirlah! Ini pertarunganku dengannya!”
Sierra mengangguk pasrah, kemudian menyingkir dari arena pertarungan sesuai dengan perintah tuannya. Dan berlanjutlah pertarungan antara Lord Darcy dan Althea. Berkali-kali Lord Darcy meluncurkan mantra hitam dan mantra kuno yang sama sekali tak diketahui oleh Althea, meskipun begitu Althea tak mau kalah. Ia selalu meluncurkan mantra pembalik jika Lord Darcy meluncurkan mantra hitam dan mantra kuno yang tak ia ketahui.
“Althea,
Althea, Althea..” Lord Darcy
melangkah mendekati Althea,”Kau tahu, sebenarnya kau bisa menjadi penyihir
besar dan hebat. Kau bisa menguasai dunia sihir, bahkan kau juga bisa menguasai
dunia. Kuncinya hanyalah satu, bergabunglah denganku maka kau akan mendapatkan
kejayaan dan kau bisa melihat masa depanmu yang cerah.”
“Bergabung
dengan penyihir jahat sepertimu?” Althea menaikkan sebelah alisnya,”Cih, aku
tidak sudi meskipun aku adalah titisanmu!”
“Well, kalau kau tak mau itu artinya kau
bodoh. Dan itu sama saja dengan menghancurkan dunia sihir dengan tanganmu
sendiri di kemudian hari.”
“Menghancurkan
dunia sihir dengan tanganku sendiri di kemudian hari?” Apa maksudmu?” ulang Althea.
“Kemarilah,
nak.” Lord Darcy menarik lengan Althea
dan membawanya ke sebuah cermin besar,”Kau adalah titisanku, nak. Darahku
mengalir dalam tubuhmu. Jika aku mati, maka darahku yang ada dalam dirimu akan
memberontak, menguasai dirimu, dan merubahmu menjadi the next Lord Darcy. Kau akan berubah menjadi orang jahat yang akan
menghancurkan dunia sihir dengan tanganmu sendiri, mungkin dengan bantuan
Sierra juga. Lihat siapa yang ada dalam cermin ini.”
Althea
terdiam, menatap cermin besar yang ada dihadapannya dengan tatapan kosong dan
tidak percaya. Yang terpatri dalam cermin bukanlah bayangan dirinya dan Lord Darcy, melainkan sesosok gadis yang
secara fisik dan wajah mirip dengannya. Gadis itu melangkah dengan angkuh
sembari mengulas senyum licik dan sinis, sepadan dengan matanya yang berkilat
jahat. Dan seketika itu pula semua yang ada disekelilingnya mendadak hancur,
pohon-pohon menjadi mati, dan tanah menjadi gersang.
“Tidak!
Itu bukan diriku!” Althea menggeleng mantap.
“Itulah
yang akan terjadi di kemudian hari jika kau membunuhku, nak. Bahkan yang kau
lihat sekarang tidaklah seburuk yang akan kau lakukan di kemudian hari.” bisik Lord Darcy,”Jika kau mau bergabung
denganku, maka semua kekacauan ini tak akan terjadi.”
Althea
mengepalkan tangan kirinya yang tak memegang tongkat sihir, ia sudah tidak
sabar lagi untuk mengakhiri pertarungan ini. Ia sudah muak mendengar cerita
fiksi yang dibuat oleh Lord Darcy. Ia
ingin sesegera mungkin melenyapkan penyihir jahat yang kini ada di sebelahnya dengan
mantra pemusnah. Tetapi sebelum memusnahkan Lord
Darcy, ia ingin terlebih dahulu menyelamatkan Kristal Eclaire yang bebas dan
sedang tak dijaga oleh siapapun, tidak oleh Lord
Darcy, tidak juga Sierra.
“Clavero Maxima.” bisik Althea sambil
mengarahkan tongkat sihirnya kearah Kristal Eclaire. Ia sengaja memakai mantra pemanggil
super agar Kristal Eclaire cepat sampai padanya. Setelah mendapatkan Kristal
Eclaire, ia mengarahkan tongkat sihirnya kearah Lord Darcy, bersiap meluncurkan mantra pemusnah. ”Sevillian.”
Lord
Darcy mengerang kesakitan. Tubuhnya perlahan menghilang dalam kepulan asap
hitam tebal, diiringi dengan jerit pilu yang keluar dari bibirnya dan menggema
ke seantero ruangan. Senyum gembira terlukis diwajah Althea, namun ia melupakan
satu hal. Sierra masih bebas, masih ada di dalam ruangan dan belum ia serang
dengan mantra apapun. Saat ia teringat akan Sierra dan memendarkan matanya ke
seluruh ruangan, ia sudah tak mendapati sosok gadis jahat itu. Sierra berhasil
kabur.
Sial! Sierra berhasil
kabur, bagaimana kalau dia akan berbuat macam-macam lagi padaku? Oh bukan hanya
padaku, tetapi pada Equinox dan mungkin juga pada dunia sihir. batin
Althea.
ªªªªª
Hhh, akhirnya semua
telah berakhir,
gumam Althea pelan sambil menyandarkan tubuhnya pada sebuah pohon yang ada di
taman Equinox. Sebuah senyum terlukis diwajahnya, namun sedetik kemudian senyum
itu memudar. Ia teringat kembali pada perkataan Lord Darcy hari itu. Jantungnya mendadak berdetak dengan cepat,
seiring dengan tanda tanya besar yang mulai muncul dibenaknya. Mungkinkah
perkataan Lord Darcy itu benar? Mungkinkan ia akan menjadi the next Lord Darcy?
Dan mungkinkan ia yang akan menghancurkan dunia sihir?
“Althea?”
Edmund datang menghampiri Althea, karena yang dipanggil tak bergeming ia
memanggil nama itu sekali lagi sambil menaik-turunkan tangan kanannya di depan
wajah Althea. “HEI ALTHEA SALVATORE!”
Althea
tersadar dari lamunannya, lalu memandang Edmund sekilas dengan ekspresi datar.
Matanya kini berpaling kearah rerumputan yang berada di dekat kakinya. Edmund yang
sama sekali tidak mengerti dengan sikap Althea hanya menggaruk kepala
belakangnya yang sebenarnya sama sekali tidak gatal dan menampakkan ekspresi
bingung.
“Err…
kau tak apa?” tanya Edmund,”Sejak kembali dari The Dark Manor sikapmu berubah, menjadi lebih pendiam. Bahkan lebih
pendiam daripada saat kau dituduh menjadi pencuri Kristal Eclaire. Sebenarnya
ada apa? Memangnya apa yang dikatakan oleh Lord
Darcy sehingga kau berubah menjadi pendiam seperti ini?”
“Edmund,”
Althea mendesah gelisah,”saat berada di The
Dark Manor Lord Darcy membawaku
ke sebuah cermin besar. Namun anehnya yang terpatri dalam cermin itu bukanlah
bayangan kami berdua, melainkan sesosok gadis yang secara fisik dan wajah
sangat mirip denganku. Gadis itu tersenyum licik nan sinis, matanya berkilat
jahat, dan semua yang ada di sekitarnya
hancur lebur. Dan…”
“Dan
apa?” tanya Edmund penasaran.
“Dan
Lord Darcy berkata bahwa gadis yang
ada dalam cermin itu adalah aku. Dia juga berkata bahwa kalau dia mati darahnya
yang mengalir dalam tubuhku akan memberontak, menguasai diriku, dan mengubahku
menjadi jahat seperti dirinya. Selain itu katanya yang akan menghancurkan
Equinox dan dunia sihir bukanlah dia lagi, melainkan aku… titisannya…”
“Aku
tak akan membiarkan itu terjadi. Aku tak akan membiarkan kau berubah menjadi
jahat seperti dirinya, tenang saja.” hibur Edmund, namun sepertinya hiburan itu
tak berhasil.
“Tidak
bisa.. kau tidak akan mungkin mencegahnya. Karena darahnya yang mengalir dalam
tubuhku bisa kapan saja memberontak dan menguasai diriku. Dan kalau itu terjadi
saat aku sedang tidur bagaimana? Kita kan tidak sekamar. Mungkin aku harus
mencegah dan melawannya seorang diri.”
“Aku
akan tetap berada di sampingmu―yah
kecuali saat malam hari, dan aku akan membantumu melawan darah penyihir jahat
itu.” Edmund melingkarkan lengannya ke pundak Althea.
“Terima
kasih.” Althea tersenyum tipis.
“Itulah
gunanya sahabat.”
Mereka tak sadar, ada
sepasang mata yang mengawasi mereka dari balik pohon ek dengan tatapan
kebencian sambil tersenyum licik.
0 Commentary
Review please.. :)