The Lost Crystal

Fa // Selasa, 21 Januari 2014


“Hei Althea!” teriak seorang pemuda bersurai cokelat pada seorang gadis bersurai hitam yang berjarak hanya sekitar satu meter saja dari tempatnya berpijak. Namun sepertinya sang pemilik nama tak berniat menjawab panggilan tersebut, hanya menolehkan kepalanya sebentar dengan wajah datar lalu melangkahkan lagi kakinya dengan irama cepat. Tetapi si pemuda tak mau menyerah, ia meluncurkan sebuah mantra yang langsung membuat si gadis mematung di tempat.

“Kau tak boleh memakai sihir di luar kelas tanpa seizin Master Clover selaku guru mantra! Dan omong-omong.. lepaskan aku! Aku sedang ada pertemuan penting dengan Mistress Maddie untuk membahas materi elemen sihir yang akan kuajarkan pada murid kelas satu tiga jam lagi.” balas gadis bernama Althea dengan nada galak.

“Oh, kau sedang ada pertemuan penting dengan Mistress Maddie ya? Oke, maaf. Akan kulepaskan kau dari sihir yang membelenggumu.” pemuda itu menganyunkan tongkat sihir yang ada di tangan kanannya sambil merapalkan sebuah mantra.

“Kalau ingin bicara padaku cepat, aku sibuk.” kata Althea masih dengan nada galak.

“Ck, sibuk sekali Ketua Murid Equinox yang satu ini.” jeda sejenak,”Oke, aku akan langsung to the point. Sebenarnya aku hanya ingin bertanya tentang masalah yang sedang terjadi antara kau dan Eve, dan… kenapa kau berubah akhir-akhir ini? Apa yang menjadi penyebab berubahnya sifatmu? Apa karena Wizarding Last Exam yang akan diadakan bulan depan?”

“Eve masih marah padaku, sepertinya dia tak mau memaafkanku meskipun aku sudah berulang kali minta maaf padanya. Dan.. aku sama sekali tak mengerti maksudmu. Memangnya sifatku berubah ya? Kurasa tidak, aku masih Althea Salvatore yang dulu, Ed.” Althea mengernyitkan dahinya.

“Kau berubah, bukan seperti Althea Salvatore yang dulu kukenal, bukan lagi seperti Althea Salvatore yang selalu bermain tebak-tebakkan dipinggir danau bersamaku, dan bukan lagi seperti Althea Salvatore yang selalu membuatku tersenyum dengan kalimat polosmu. Kau berubah, sifat polosmu kini tergantikan dengan sifat arogan dan ambisius yang sama sekali tak mencerminkan sifat asramamu.” jawab pemuda bernama Edmund itu.

“Arogan? Ambisius? Aku tidak seperti yang kau bilang, Ed. Aku hanya ingin seperti kakakku saja. Menjadi seorang Ketua Murid bernama Athena Salvatore yang sempurna dan selalu dikagumi banyak orang.” terang Althea.

“Ingat, kau itu Althea Salvatore, bukan Athena Salvatore! Kau tak bisa menjadi seperti dirinya, sifat kalian berdua sangatlah bertolak-belakang. Dan kalau kau tetap nekat untuk menjadi seperti Mauryn, kau hanya akan mendapat siksaaan batin akibat perbuatanmu sendiri.”

“Cukup Ed! Kau tidak berhak berkata seperti itu padaku! Yang paling mengerti aku hanyalah diriku sendiri! Permisi, aku ingin bertemu Mistress Maddie sekarang.” Althea menghela nafas berat, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Ed yang masih terpaku di koridor. Namun mereka tak sadar, selama percakapan antara mereka berlangsung ada sepasang mata yang memandang dengan tatapan kebencian dari balik tiang penyangga.

ªªªªª

Althea menutup buku sejarah sihir elemennya dengan kasar, menimbulkan suara yang cukup keras dan membuat semua mata yang ada di halaman tertuju padanya. Namun ia tak peduli dengan tatapan mata yang ditujukan padanya, ia lebih tertarik untuk merenungkan semua masalah yang akhir-akhir ini datang menghampirinya. Masalah satu belum selesai, datang lagi masalah lain. Menumpuk seperti pakaian kotor yang tak dicuci selama beberapa hari. Kepalanya terasa berdenyut ketika masalah-masalah itu terputar kembali dibenaknya.

Gadis tujuh belas tahun itu menghela napas panjang, menjadi Ketua Murid ternyata tidaklah seasyik dan seenak yang ia bayangkan dahulu. Memang pada awalnya terasa asyik, enak, dan menyenangkan. Namun semakin lama semuanya terasa membosankan. Selalu melakukan aktivitas Ketua Murid yang sama setiap hari selama satu tahun, selalu menjaga sikap dan memberikan contoh yang baik untuk murid lain. Tsk.

“Althea, ini gawat!”

Althea menolehkan kepalanya kearah seorang gadis berkacamata, Vianne Judith. Kini gadis berkacamata itu telah duduk di sampingnya, masih berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah sambil membetulkan letak kacamatanya yang merosot.

“Gawat? Apa yang gawat, Vi?” Althea mengernyitkan dahinya heran.

“Kristal Eclaire hilang dari tempatnya dua jam yang lalu, dan… kau dituduh sebagai pencurinya.” jawab Vianne lambat-lambat.

“Apa?! Aku? Mencuri Kristal Eclaire?” Althea terlihat gusar,” Yang benar saja?! Dua jam yang lalu saja aku sedang berada di kelas sihir kuno dan mengajar murid kelas satu, bagaimana bisa aku berada di dua tempat berbeda yang jaraknya sangat jauh dalam waktu yang bersamaan?! Omong-omong, kau dapat informasi ini darimana?”

“Dari aula rapat, tadi aku tak sengaja lewat dan mendengar informasi ini.” Vianne berhenti bicara sejenak,”Secara logika memang tidak mungkin kau berada di dua tempat dalam waktu yang bersamaan, kecuali…”

“Kecuali apa? Kau mau menuduhku menggunakan Ramuan Pengganda? Atau mau menuduhku menggunakan mantra untuk menghentikan waktu?” rongrong Althea,

“Mungkin saja, kau kan hebat dalam segala hal, itulah sebabnya kau terpilih menjadi Ketua Murid. Selain itu, bukankah hanya Master Breeze, para pengajar, dan Ketua Murid yang dapat masuk ke ruangan tempat Kristal Eclaire disimpan? Permisi, aku harus pergi. Oh iya, untuk saat ini lebih baik aku menjauh darimu, aku tidak ingin tersangkut dalam masalah yang sangat berat seperti ini. Aku takut semua orang juga mencurigaiku sebagai pencuri Kristal Eclaire, karena kau kan teman terdekatku di sini. Maaf.” Vianne bangkit dari duduknya, kemudian melangkah perlahan meninggalkan Althea.

“Aku?! Mencuri Kristal Eclaire?! Omong kosong macam apa lagi ini?!” gumam Althea entah pada  siapa.

ªªªªª

Althea menenggelamkan wajahnya ke dalam selimut yang menyelimuti tubuhnya sejak semalam, ia malas untuk bangkit dari tempat tidur dan menjalani hari ini. Pasti hari ini akan menjadi hari yang berat, pikirnya dalam hati. Sejak berita pencurian Kristal Eclaire dan berita bahwa ialah sang pencuri Kristal Eclaire tersebar semua murid bersikap aneh. Menatapnya dengan tatapan tajam seolah-olah ia adalah Lord Darcy yang harus dijauhi, dikucilkan, dan dimusnahkan. Oke, ia akui kalau ia memang titisan Lord Darcy, tetapi meskipun titisannya bukan berarti ia juga memiliki sifat yang sama persis seperti pengkhianat Equinox sepanjang masa itu. Tsk, kalau saja ia bukan Ketua Murid sudah pasti semua murid yang menatapnya tajam akan langsung ia beri pelajaran dengan mantra penyiksa—atau mungkin lebih baik dimusnahkan menggunakan mantra pemusnah. Sayangnya sampai saat ini ia masih menjabat sebagai Ketua Murid dan tidak bisa melakukan hal yang terlintas dibenaknya.

“Althea, Master Breeze menyuruhmu untuk ke aula rapat.” kata seorang gadis dari balik pintu kamar Althea yang sedikit terbuka.

Althea menyibakkan selimutnya, menolehkan kepala kearah gadis itu. Mendengus pelan sambil mengerjapkan kedua kelopak matanya berkali-kali. “Aula rapat? Untuk apa?”

“Mana kutahu, lebih baik kau segera ke sana kalau tidak mau mendapatkan masalah yang lebih sesius lagi.” gadis itu mengedikkan kedua bahunya, bayangannya telah menghilang dari pandangan Althea.

Gadis tujuh belas tahun itu melangkahkan kakinya dengan gontai menuju aula rapat, sesekali memejamkan matanya sepanjang perjalanan menuju aula rapat untuk menghindari tatapan tajam yang dialamatkan kepadanya. Kedua tangannya kini memegang gagang pintu aula rapat yang terbuat dari kayu ek, menghela napas panjang dan memantapkan hatinya untuk masuk ke dalam aula rapat.

“Ah, duduklah Miss Salvatore. Ada yang ingin kami bicarakan denganmu.”

Althea melangkahkan kakinya mendekati Master Breeze, para pengajar, dan juga Sierra yang sedang duduk melingkari meja bundar. Kemudian duduk di satu-satunya kursi yang masih tak berpenghuni. Dahinya berkerut ketika menatap Sierra yang duduk di sebelahnya sambil menyeringai sinis. Ada tanda tanya besar yang bernaung dikepalanya ketika melihat Sierra juga ada dalam aula rapat ini.

“Begini, Miss Salvatore. Kau sudah tahu kan kalau Kristal Eclaire hilang dari tempatnya dan kau dituduh menjadi pencurinya?” tanya Master Breeze.

“Ya, aku tahu. Tapi sumpah demi apapun bukan aku yang mencuri Kristal Eclaire.” jawab Althea sambil berusaha menenangkan dirinya agar emosinya tidak meledak-ledak,”Ketika Kristal Eclaire hilang dari tempatnya, aku sedang mengajar sihir kuno untuk para murid kelas satu. Bagaimana mungkin aku bisa berada di dua tempat berbeda dalam waktu yang bersamaan?”

“Mungkin saja, kau kan titisan Lord Darcy. Kau bisa saja menggunakan Ramuan Pengganda, mantra menghentikan waktu, atau malah menggunakan sihir hitam untuk mencuri Kristal Eclaire seperti yang selalu saja ingin dilakukan oleh Lord Darcy sebelum akhirnya ia dimusnahkan oleh Estrella Saga untuk selamanya.” cibir Sierra sambil tersenyum misterius.

“Aku bukan titisan Lord Darcy! Dan aku sama sekali tidak punya keinginan untuk mencuri Kristal Eclaire, apalagi sampai menggunakan sihir hitam untuk mencurinya. Karena aku sama sekali tidak tahu kegunaan Kristal Eclaire, jadi untuk apa mencurinya?!” balas Althea dengan nada yang sedikit dinaikkan satu oktaf.

“Kau itu titisan Lord Darcy, sayang. Dan sekeras apapun kau mengelak kau tak akan pernah bisa menyangkal kenyataan ini. Bulan sabit berwarna salem tua yang ada ditangan kananmulah yang menunjukkan bahwa kau benar-benar titisan Lord Darcy.” Sierra menaikkan sebelah alisnya, masih dengan senyum misterius yang mengembang diwajahnya,”Mungkin saja kau mencuri Kristal Eclaire untuk kau pergunakan dalam upacara pembangkitan Lord Darcy-mu tercinta.”

“KAU―” Althea mengepalkan tangan kanannya, bersiap melayangkan tinju ke wajah Sierra yang ia anggap menyebalkan tingkat dewa.

“CUKUP!” lerai Master Clover yang sudah tidak tahan dengan perdebatan antara Althea dengan Sierra,”Kami memanggil kalian kemari bukan untuk menonton perdebatan seperti ini! Miss Darklight berhentilah memancing emosi Miss Salvatore, dan Miss Salvatore kau harus banyak berlatih untuk mengontrol emosimu karena kontrol emosimu sangat buruk sekali akhir-akhir ini.”

Althea menghela napas panjang beberapa kali, berusaha mengontrol emosinya. Akhir-akhir ini control emosinya memang sangat buruk sekali, mungkin karena pikirannya terbebani banyak masalah yang sampai sekarang belum menemukan jalan keluar.

“Begini, Miss Virgia. Kami selaku staff pengajar sudah sepakat bahwa kami akan mencopot jabatan Ketua Murid yang kau sandang, dan mengangkat Miss Darklight sebagai Ketua Murid yang baru.”

Althea membulatkan matanya dan memasang ekspresi tak percaya ketika mendengar kalimat yang meluncur dari bibir Master Breeze. Bukan, ia bukannya berat hati untuk lepas dari jabatan yang sudah hampir satu tahun ini selalu melekat dalam dirinya. Ia hanya tidak percaya kalau yang akan menggantikannya adalah Sierra, gadis menyebalkan yang selalu mencari masalah dengannya sejak kelas satu―bahkan sebelum resmi menjadi murid Equinox. Memangnya apa yang bisa dibanggakan dari gadis menyebalkan yang hobi bersolek macam Sierra? Kecantikan paras? Cih, bodoh sekali orang-orang yang selalu memuja kecantikan hasil polesan kosmetik. Kecantikan paras itu tidak penting, yang paling penting adalah kecantikan hati. Untuk apa mempunyai paras cantik jika hatinya buruk?

“Terserah kalian saja, kalian kan staff pengajar di Equinox. Mungkin ini memang jalan terbaik yang harus ditempuh.” Althea tersenyum tipis. Meskipun aku tidak yakin seratus persen kalau Sierra bisa menjadi Ketua Murid yang baik, tambahnya dalam hati.

ªªªªª

Pemikirannya ternyata benar, setelah diangkat menjadi Ketua Murid kelakuan Sierra bukannya membaik malah semakin menjadi-jadi. Ia berbuat sesuka hatinya dengan dalih titel ‘Ketua Murid’ yang ia sandang. Menghukum murid yang tidak melakukan kesalahan sedikitpun, menggoda murid lelaki dengan gaya centilnya yang khas dan membuat murid perempuan yang melihat ingin muntah, dan yang lebih parah ia membuka kelas dandan bagi para murid perempuan yang ingin terlihat cantik sepertinya. Reputasi Equinox benar-benar di ujung tanduk sejak Sierra yang menjabat menjadi Ketua Murid, itu terbukti dari semakin sedikitnya orang tua yang akan memasukkan anak mereka ke Equinox saat tahun ajaran baru mendatang.

“Hai, Althea.” sapa Edmund yang entah sejak kapan sudah duduk disamping Althea,”Bagaimana rasanya melepas jabatan sebagai Ketua Murid di penghujung tahun ajaran?.”

“Oh, hai Ed.” Althea tersenyum kecil,”Bagaimana rasanya? Umm.. rasanya seperti terbebas dari penjara. Tidak ada lagi masalah yang membebani pikiranku, hubunganku dengan Eve juga sudah membaik. Eve sudah mau memaafkanku dan menerimaku lagi menjadi temannya. Yah, meskipun sebenarnya sampai saat ini gelar ‘pencuri Kristal Eclaire’ masih kusandang. Tapi tak apa, aku tak terlalu memperdulikannya karena memang bukan aku pencurinya.”

“Yah, kita berdoa saja semoga pencuri asli Kristal Eclaire segera tertangkap. Agar sahabat tercintaku ini tidak terbebani lagi.”  Edmund mengusap kepala Althea dengan lembut, tersenyum manis ketika kedua matanya saling pandang dengan kedua mata milik Althea,”Aku senang kau kembali menjadi Althea yang seperti dulu.”

“Oh iya, bagaimana dengan persiapan Wizarding Last Exam bulan depan? Kau pasti sudah mempersiapkannya dengan matang, benar kan? Hah, pasti tahun ini kau yang mendapat nilai tertinggi dan mendapat gelar ‘Penyihir Jenius’/” Edmund memalingkan wajahnya dari Althea, menatap lurus sekumpulan anak kelas satu yang sedang berbincang-bincang.

“Jangan memujiku seperti itu, Ed. Belum tentu hasil Wizarding Last Exam-ku bagus, dan belum tentu juga gelar itu kusandang. Karena siapa tahu saja ada yang lebih giat belajar dariku.  Semua kemungkinan di dunia ini bisa terjadi dengan adanya campur tangan dari Yang Maha Kuasa.”

Spalten!” teriak sebuah suara yang meluncurkan sebuah mantra kearah Althea dan Edmund, dan seketika itu pula tubuh mereka terpental kearah yang berbeda,”Bukankah ada peraturan yang melarang para siswanya untuk berpacaran di dalam sekolah?”

Althea meringis sambil memegangi bahu kanannya akibat berbenturan dengan tanah saat Sierra meluncurkan mantra pemisah kearahnya dan Edmund, sementara Edmund berusaha bangkit dan langsung menghampiri Althea dengan wajah cemas.

“Aku tidak apa-apa, hanya sedikit sakit saja.” Althea tersenyum lemah ketika Edmund berlari kecil menghampirinya.

“Sakit ya? Ups, maaf deh kalau begitu. Salahmu sendiri berpacaran di area sekolah.” Sierra tersenyum sinis, kemudian membalikkan tubuhnya dan mulai melangkah menuju koridor sekolah. Dan salahmu juga karena telah merebut pemuda yang kucintai, tetapi permainan belum usai Althea Salvatore. Ini baru permulaan, dan tunggu saja kapan permainannya akan berlanjut! tambahnya dalam hati.

“Hhh, benar-benar keterlaluan makhluk yang satu itu! Kau yakin tidak apa-apa? Mau kuantar ke uks tidak?” Edmund membantu Althea berdiri.

“Makhluk?” Althea terkikik pelan,”Tidak perlu, Ed. Ini tidak lebih buruk daripada kejadian tahun lalu di saat aku perang mantra dengannya kok.”

Yeah, tentu saja makhluk. Karena mana ada gadis yang memakai polesan make-up setebal dia? Apa coba namanya kalau bukan makhluk? Setidaknya dia harus bersyukur karena tidak kupanggil monster pesolek.”

“Kau ini Ed.”

ªªªªª

Gadis tujuh belas tahun itu membuka kedua kelopak matanya perlahan, terdiam sejenak sambil mengamati dengan seksama sekelilingnya. Dahinya berkerut dan matanya masih berpendar dalam ruangan remang-remang tempatnya berada sekarang. Ruangan yang menjadi tempatnya berpijak bukanlah kamar asrama, bukan juga salah satu ruangan di dalam Equinox. Ia tak tahu sekarang berada dimana, dan seingatnya tadi ia sedang tidur dengan lelap dalam kamar asrama. Ia berasumsi bahwa pasti ada seseorang yang telah membawanya kemari, mungkin menggunakan mantra penghilang.

“Kau sudah bangun, manis?” sesosok tubuh berjubah hitam datang menghampirinya, dan suara sosok itu terasa tak asing lagi di indra pendengarannya.

Sosok itu semakin mendekat, bukannya takut atau menghindar Althea malah sangat penasaran dengan sosok tersebut, jadi ia menunggu kapankah sosok itu akan membuka tudung jubahnya.

“Maaf, kau tak kuberi tempat yang layak karena tuanku memang tak menginginkan kau mendapat tempat yang layak dalam kediamannya.” sosok itu membuka tudung jubahnya sambil tersenyum sinis.

“Sierra?!” Althea membelalakkan matanya tak percaya ketika melihat sosok yang ada dihadapannya membuka tudung jubah yang menutupi kepalanya.

“Benar! Ini aku, Sierra Astoria Darklight. Temanmu tercinta, Althea Salvatore.” jawab sosok yang ternyata adalah Sierra, masih dengan senyum sinis yang terlukis diwajahnya.

“Tempat apa ini? Dan untuk apa kau membawaku kemari?” tanya Althea dengan nada yang dinaikkan satu oktaf.

“Ssst… kau tak boleh berbicara dalam nada tinggi, tuanku pasti tak akan suka mendengarnya. Ini adalah The Dark Manor, kediaman tuanku.” Sierra melangkah mendekati Althea, tangan kanannya menyentuh lembut dagu Althea dan mengangkatnya,”Untuk memberimu pelajaran karena telah merebut pujaan hatiku dan untuk mempertemukanmu dengan tuanku dalam sebuah acara penyambutan kecil.” Sierra tersenyum  misterius.

“Merebut pujaan hatimu? Siapa memangnya? Dan mana tuanmu itu? Karena aku sedari tadi tidak melihatnya.”

“Siapa pujaan hatiku?” ulang Sierra,”Kau masih bertanya siapa pujaan hatiku? Kau itu bodoh atau polos sih? Kau kan sudah tahu sejak kelas dua kalau aku sangat menyukai dan mencintai sahabatmu, tetapi kenapa kau malah merebutnya dariku?! Kenapa?!” teriak Sierra dengan nada sangat tinggi, membuat suaranya bergema ke seluruh antero ruangan dan itu membuat telinga Althea sedikit sakit mendengarnya.

“Sahabatku? Edmund maksudmu?” dahi Althea berkerut,”Aku tidak merebut Edmund darimu, hubungan kami hanya sebatas sahabat asal kau tahu saja.”

“Tentu saja Edmund, memangnya siapa lagi sahabatmu di Equinox? Yah, di mulut mungkin kau bisa saja berkata kalau hubungan kalian hanyalah sebatas sahabat saja. Tetapi belum tentu dihati kau juga berkata seperti itu. Tidak ada satupun orang di dunia ini yang mengetahui isi hati orang lain kecuali Tuhan dan orang itu sendiri, benar kan?” Sierra membelai lembut rambut Althea.

“Hei, kau belum menjawab pertanyaanku yang tadi.” sela Althea.

“Jangan mengalihkan topik pembicaraan! Topik pembicaraan kita bukanlah tuanku, melainkan Edmund!” balas Sierra sangar.

“Sierra, siapa yang sedang kau ajak bicara? Apakah kau membawa seorang tamu?” tanya sebuah suara tanpa wujud.

“Benar, tuanku. Aku membawa seorang tamu, sesuai dengan janjiku padamu tuanku. Aku akan mempertemukanmu dengannya dalam sebuah acara penyambutan kecil.” Sierra melangkahkan kakinya menuju sebuah cermin yang cukup besar, dan seketika itu pula muncul sesosok bayangan dalam cermin tersebut. Althea membelalakkan matanya ketika melihat sosok dalam cermin tersebut.

Sierra membalikkan tubuhnya, melangkah perlahan menuju Althea. Mencengkram erat lengan Althea dan menyeretnya menuju cermin itu. Althea berusaha melepaskan cengkraman Sierra, namun sekeras dan segigih apapun perjuangannya tangan Sierra malah semakin mengeratkan cengkramannya. “Tuanku, inilah tamu yang kumaksud. Althea Salvatore, titisanmu yang ke seratus.” Sierra mendorong tubuh Althea supaya lebih dekat dengan sosok dalam cermin itu.

“Hmm, halo manis. Sebentar lagi kita akan dapat bertatap wajah langsung, bukan dalam cermin seperti ini.” sapa sosok itu dengan suara serak.

“Cih, aku tidak sudi bertemu dengan orang macam kau! Pengkhianat Equinox—ehm, maksudku pengkhianat dunia sihir wahai Lord Darcy.” cibir Althea.

“BERANINYA KAU—“ teriak sosok itu yang ternyata adalah Lord Darcy, seolah ingin menelan Althea bulat-bulat,”Sierra segera percepat upacara pembangkitanku! Tanganku sudah gatal ingin mencekik anak ini!”

“Apa?! Upacara pembangkitan?!” teriak Althea lambat-lambat,”Hei kek, kenapa kau ingin sekali dibangkitkan kembali sih? Bukankah lebih asyik kalau tinggal di dalam cermin seperti itu? Tidak butuh makanan, minuman, dan hal lainnya. Oh iya katamu tadi, kau mau mencekikku ya? Aku kan titisanmu, ck tega sekali kau mencekik titisanmu sendiri. Kau ini manusia atau bukan sih? Hmm, sepertinya sih kau bukan manusia. Mungkin blasteran antara manusia dan iblis, atau malah kau memang iblis sungguhan?”

“SIERRA, TUNGGU APALAGI?!”

“Baik, tuanku.”

Sierra membungkukkan tubuhnya, kemudian mengambil beberapa bahan yang dibutuhkan dalam acara pembangkitan Lord Darcy. Althea hanya mengamati gerak-gerik Sierra yang kesana-kemari mengumpulkan bahan-bahan yang lumayan banyak―seperti pelayan yang sedang mempersiapkan sebuah pesta bagi majikannya saja. Sebenarnya Althea sama sekali tak tertarik untuk melihat gerak-gerik Sierra, namun menurutnya ini adalah keputusan yang sangat tepat dibandingkan dengan terus-menerus memandang sosok Lord Darcy yang memakai tudung jubah itu. Matanya terbelalak ketika melihat sebual benda berkilauan yang berada dalam pelukan Sierra, dan ia sangat mengenali benda berkilauan itu. Benda berkilauan itu adalah Kristal Eclaire, nyawa Equinox. Karena tanpa Kristal Eclaire seluruh area Equinox sama sekali tidak aman dari serangan sihir hitam yang sering diluncurkan oleh pengikut Lord Darcy, tidak terlapisi tameng tipis kasat mata.

Ia jadi teringat dengan perkataan Sierra beberapa hari yang lalu,”Mungkin saja kau mencuri Kristal Eclaire untuk kau pergunakan dalam upacara pembangkitan Lord Darcy-mu tercinta.” Ternyata perkataan Sierra saat itu merupakan kode yang sama sekali tak disadari oleh semua guru Equinox. Tetapi ia masih tidak habis pikir bagaimana cara Sierra mencuri Kristal Eclaire, karena tidak ada satupun murid lain yang dapat masuk ke ruangan tempat Kristal Eclaire disimpan selain Master Breeze, staff pengajar, dan tentu saja ia sebagai Ketua Murid meskipun jabatan Ketua Muridnya sudah dicabut sekarang. Namun ia berasumsi kalau Sierra bisa saja menggunakan sihir hitam untuk mencuri Kristal Eclaire mengingat dia adalah salah satu pengikut Lord Darcy.

Althea mengenyitkan dahi ketika Sierra mengangkat Kristal Eclaire tinggi-tinggi sembari komat-kamit mengucapkan mantra yang ia sendiri tidak tahu mantra apa itu, kemudian Sierra menaruh Kristal Eclaire diatas meja yang ada dihadapannya, melangkahkan kaki mendekati Althea dengan pisau kecil di tangan kanannya. Althea menjerit dan berusaha mengindar, namun ia kalah cepat dari Sierra.

Well, inilah saat pertunjukan dan permainan dimulai Althea.” Sierra menarik tangan kanan Althea dan berusaha mencari urat nadi yang tepat menggunakan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memutar pisau kecil yang sedari tadi ia bawa. Setelah menemukan urat nadi di tangan kanan Althea, gadis jahat itu mengiris perlahan tangan Althea. Althea hanya bisa menjerit kesakitan melihat apa yang dilakukan manusia jahanam yang kini sedang tertawa sarkatis itu.

Sierra mengambil botol kecil dari dalam saku jubahnya, dan memasukkan perlahan darah Althea yang menetes ke dalam botol itu. “Kau tahu, darahmu sangatlah berguna dalam upacara pembangkitan tuanku karena kau adalah titisannya. Itu artinya darahnya mengalir dalam darahmu.” Setelah puas mengambil darah Althea yang dibutuhkan, Sierra membalikkan tubuh dan melangkah kearah sebuah kuali berukuran sedang. Menuangkan perlahan darah Althea ke dalam kuali itu, mengaduknya beberapa kali dan masih membaca mantra.

Althea memegangi tangan kanannya yang masih mengeluarkan darah cukup deras, napasnya kini tersenggal-senggal. Ia merasa ada hal aneh yang menjalar di sekujur tubuhnya, dan ia menyadari bahwa tubuhnya terkena Racun Paralyticum—racun yang membuat orang lumpuh seketika dan tak ada penawarnya. Perlahan namun pasti ia merasa kebas di seluruh tubuhnya, itu artinya Racun Paralyticum yang mengalir dalam tubuhnya mulai bereaksi dan menyebar. Tubuhnya menggeliat kesakitan bagai cacing kepanasan, bibirnya bergerak-gerak, berusaha mengucapkan sepatah kata. Namun kenyataannya tak ada ssepatah katapun yang keluar dari bibirnya, lidahnya terasa kelu seperti habis bersentuhan dengan air mendidih.

Ditengah kesakitannya, Althea mendengar sebuah suara yang berasal entah darimana. Suara itu menyuruhnya untuk tenang dan mengikutinya mengucapkan sebuah mantra dalam hati, mantra kuno pelepas sihir, racun, dan ramuan hitam. Sedetik kemudian tubuhnya terbebas dari Racun Paralyticum yang hampir membuatnya lumpuh seumur hidup, luka di tangan kanannya juga perlahan menghilang tanpa bekas. Namun sepertinya ia terlambat, Sierra berhasil membangkitkan Lord Darcy. Althea menelan ludah ketika meilhat Lord Darcy berjalan mendekatinya dengan angkuh, lalu memalingkan pandangan kearah Sierra yang berjalan tak kalah angkuh di belakang Lord Darcy. Dua lawan satu, ia sudah pasti kalah telak.

“Kenapa sayang? Kau takut melihatku?” cibir Lord Darcy yang tengah menyentuh dagu Althea,”Hmm, sepertinya kau sudah terbebas dari Racun Paralyticum. Tidak kusangka kau menguasai sihir kuno yang dapat melawan sihir hitam.”

“Aku sama sekali tidak takut denganmu! Aku hanya merasa… ini sangatlah tidak adil. Kalian berdua dan aku sendirian, dua lawan satu. Sudah pasti aku kalah telak.” ejek Althea,”Hng, aku sama sekali tak menguasai sihir kuno seperti yang kau bilang barusan. Aku bisa terbebas dari Racun Paralyticum karena bisikan gaib yang menyuruhku untuk tetap tenang dan mengucapkan sebuah mantra dalam hati.”

“Hmm, rupanya kau punya pelindung. Tetapi kenapa aku sama sekali tidak mengetahui siapa pelindungmu?” Lord Darcy mencengkram erat dagu Althea,”Maukah kau bertarung denganku? Kau bilang satu lawan dua itu tak adil dan sudah pasti kau akan kalah telak, jadi ayo kita satu lawan satu dan buktikanlah bahwa kau adalah titisanku yang berguna. Ambil tongkatmu, dan Sierra menyingkirlah. Ini pertarungan tunggalku dengan Miss Virgia.”

Lord Darcy melangkah menjauhi Althea, memutar-mutar tongkat sihir miliknya. Sementara Althea mulai bangkit, menghela napas panjang dan menyuntikkan pemikiran positif ke dalam benaknya. Meski kemampuan sihirnya sangat baik jika dibandingkan dengan murid Equinox yang lain, tetapi ia sama sekali tidak mau tinggi hati. Karena lawannya kali ini bukanlah penyihir sembarangan, jadi bisa saja ia kalah dan kehilangan nyawa.

Spalten!” teriak Lord Darcy sehingga tubuh Althea terbentur dinding batu yang ada dibelakangnya. Althea sama sekali tak menyadari kalau penyihir jahat yang ada dihadapannya akan langsung menyerang begitu saja tanpa member aba-aba.

“Curang! Kenapa tak memberi aba-aba terlebih dahulu?!” Althea meringis menahan sakit dan berusaha bangkit kembali.

“Memberi aba-aba? Ku kira kau sudah terbiasa dengan serangan mendadak, memangnya kau tidak diajarkan untuk bersiap menerima mantra kapan saja dalam pertarungan? Ck, payah sekali guru mantramu!” Lord Darcy tersenyum sinis.

Althea menunjukkan ekspresi yang sangat serius,”Spalten.” Sebuah senyum terbingkai diwajahnya ketika melihat lawannya terpental membentur meja.

“Jangan pernah meremehkan Master Clover, meskipun kau jauh lebih hebat darinya tetapi bagaimanapun juga dia adalah guruku. Dan aku sama sekali tak akan membiarkan orang lain meremehkannya.”

Serventora.” balas Lord Darcy.

Pendriante.” tangkis Althea, ia berhasil mengembalikan mantra penyiksa yang diluncurkan oleh Lord Darcy dengan menggunakan mantra pembalik. Ia tersenyum puas melihat Lord Darcy meringkuk dan menggeliat bagaikan ulat bulu yang dipanggang. “Kau tahu tidak, kalau ada pepatah yang mengatakan kebaikan akan selalu menang melawan kejahatan. Tadinya aku sama sekali tak mempercayai pepatah itu, tetapi sekarang aku percaya. Bersiaplah menerima kekalahanmu wahai Lord Darcy, dan membusuklah di neraka bersama kejahatan-kejahatan yang pernah kau perbuat. Sevil―

Cruderia.” Sierra meluncurkan mantra penyiksa yang lebih dahsyat dibandingkan Pendriante kearah Althea sebelum gadis itu meluncurkan mantra pemusnah kearah tuannya. Dan seketika itu pula tubuh Althea ikut meringkuk dan menggeliat di lantai beton, berusaha mengalahkan mantra yang kini menguasai tubuhnya, membuat kepala serasa terbakar. Sementara Althea sedang bergerilya melawan kesakitannya, Sierra melangkah mendekati tuannya dan melepaskan tuannya dari mantra penyiksa yang diluncurkan Althea dengan menggunakan mantra hitam.

“Sierra, seharusnya kau tak membantuku! Ini adalah pertarungan satu lawan satu dan bukan pertarungan dua lawan satu. Lagipula kalau kau membantuku pertarungannya tidak akan menarik lagi.” protes Lord Darcy,”Issaurisia.”

Althea mengatur napasnya dan mulai bangkit perlahan, ia sama sekali tak mengerti mengapa Lord Darcy membebaskannya dari mantra penyiksa.

“Tuan, kenapa anda malah membantu Althea?” protes Sierra.

“Bukankah sudah kubilang ini pertarungan satu lawan satu dan bukan pertarungan dua lawan satu? Tetapi kenapa kau malah membantuku?” balas Lord Darcy.

“Aku hanya tidak ingin kau dikalahkan begitu saja oleh bocah tujuh belas tahun.”

“Sierra, menyingkirlah! Ini pertarunganku dengannya!”

Sierra mengangguk pasrah, kemudian menyingkir dari arena pertarungan sesuai dengan perintah tuannya. Dan berlanjutlah pertarungan antara Lord Darcy dan Althea. Berkali-kali Lord Darcy meluncurkan mantra hitam dan mantra kuno yang sama sekali tak diketahui oleh Althea, meskipun begitu Althea tak mau kalah. Ia selalu meluncurkan mantra pembalik jika Lord Darcy meluncurkan mantra hitam dan mantra kuno yang tak ia ketahui.

“Althea, Althea, Althea..” Lord Darcy melangkah mendekati Althea,”Kau tahu, sebenarnya kau bisa menjadi penyihir besar dan hebat. Kau bisa menguasai dunia sihir, bahkan kau juga bisa menguasai dunia. Kuncinya hanyalah satu, bergabunglah denganku maka kau akan mendapatkan kejayaan dan kau bisa melihat masa depanmu yang cerah.”

“Bergabung dengan penyihir jahat sepertimu?” Althea menaikkan sebelah alisnya,”Cih, aku tidak sudi meskipun aku adalah titisanmu!”

Well, kalau kau tak mau itu artinya kau bodoh. Dan itu sama saja dengan menghancurkan dunia sihir dengan tanganmu sendiri di kemudian hari.”

“Menghancurkan dunia sihir dengan tanganku sendiri di kemudian hari?” Apa maksudmu?” ulang Althea.

“Kemarilah, nak.” Lord Darcy menarik lengan Althea dan membawanya ke sebuah cermin besar,”Kau adalah titisanku, nak. Darahku mengalir dalam tubuhmu. Jika aku mati, maka darahku yang ada dalam dirimu akan memberontak, menguasai dirimu, dan merubahmu menjadi the next Lord Darcy. Kau akan berubah menjadi orang jahat yang akan menghancurkan dunia sihir dengan tanganmu sendiri, mungkin dengan bantuan Sierra juga. Lihat siapa yang ada dalam cermin ini.”

Althea terdiam, menatap cermin besar yang ada dihadapannya dengan tatapan kosong dan tidak percaya. Yang terpatri dalam cermin bukanlah bayangan dirinya dan Lord Darcy, melainkan sesosok gadis yang secara fisik dan wajah mirip dengannya. Gadis itu melangkah dengan angkuh sembari mengulas senyum licik dan sinis, sepadan dengan matanya yang berkilat jahat. Dan seketika itu pula semua yang ada disekelilingnya mendadak hancur, pohon-pohon menjadi mati, dan tanah menjadi gersang.

“Tidak! Itu bukan diriku!” Althea menggeleng mantap.

“Itulah yang akan terjadi di kemudian hari jika kau membunuhku, nak. Bahkan yang kau lihat sekarang tidaklah seburuk yang akan kau lakukan di kemudian hari.” bisik Lord Darcy,”Jika kau mau bergabung denganku, maka semua kekacauan ini tak akan terjadi.”

Althea mengepalkan tangan kirinya yang tak memegang tongkat sihir, ia sudah tidak sabar lagi untuk mengakhiri pertarungan ini. Ia sudah muak mendengar cerita fiksi yang dibuat oleh Lord Darcy. Ia ingin sesegera mungkin melenyapkan penyihir jahat yang kini ada di sebelahnya dengan mantra pemusnah. Tetapi sebelum memusnahkan Lord Darcy, ia ingin terlebih dahulu menyelamatkan Kristal Eclaire yang bebas dan sedang tak dijaga oleh siapapun, tidak oleh Lord Darcy, tidak juga Sierra.

Clavero Maxima.” bisik Althea sambil mengarahkan tongkat sihirnya kearah Kristal Eclaire. Ia sengaja memakai mantra pemanggil super agar Kristal Eclaire cepat sampai padanya. Setelah mendapatkan Kristal Eclaire, ia mengarahkan tongkat sihirnya kearah Lord Darcy, bersiap meluncurkan mantra pemusnah. ”Sevillian.”

Lord Darcy mengerang kesakitan. Tubuhnya perlahan menghilang dalam kepulan asap hitam tebal, diiringi dengan jerit pilu yang keluar dari bibirnya dan menggema ke seantero ruangan. Senyum gembira terlukis diwajah Althea, namun ia melupakan satu hal. Sierra masih bebas, masih ada di dalam ruangan dan belum ia serang dengan mantra apapun. Saat ia teringat akan Sierra dan memendarkan matanya ke seluruh ruangan, ia sudah tak mendapati sosok gadis jahat itu. Sierra berhasil kabur.

Sial! Sierra berhasil kabur, bagaimana kalau dia akan berbuat macam-macam lagi padaku? Oh bukan hanya padaku, tetapi pada Equinox dan mungkin juga pada dunia sihir. batin Althea.

ªªªªª

Hhh, akhirnya semua telah berakhir, gumam Althea pelan sambil menyandarkan tubuhnya pada sebuah pohon yang ada di taman Equinox. Sebuah senyum terlukis diwajahnya, namun sedetik kemudian senyum itu memudar. Ia teringat kembali pada perkataan Lord Darcy hari itu. Jantungnya mendadak berdetak dengan cepat, seiring dengan tanda tanya besar yang mulai muncul dibenaknya. Mungkinkah perkataan Lord Darcy itu benar? Mungkinkan ia akan menjadi the next Lord Darcy? Dan mungkinkan ia yang akan menghancurkan dunia sihir?

“Althea?” Edmund datang menghampiri Althea, karena yang dipanggil tak bergeming ia memanggil nama itu sekali lagi sambil menaik-turunkan tangan kanannya di depan wajah Althea. “HEI ALTHEA SALVATORE!”

Althea tersadar dari lamunannya, lalu memandang Edmund sekilas dengan ekspresi datar. Matanya kini berpaling kearah rerumputan yang berada di dekat kakinya. Edmund yang sama sekali tidak mengerti dengan sikap Althea hanya menggaruk kepala belakangnya yang sebenarnya sama sekali tidak gatal dan menampakkan ekspresi bingung.

“Err… kau tak apa?” tanya Edmund,”Sejak kembali dari The Dark Manor sikapmu berubah, menjadi lebih pendiam. Bahkan lebih pendiam daripada saat kau dituduh menjadi pencuri Kristal Eclaire. Sebenarnya ada apa? Memangnya apa yang dikatakan oleh Lord Darcy sehingga kau berubah menjadi pendiam seperti ini?”

“Edmund,” Althea mendesah gelisah,”saat berada di The Dark Manor Lord Darcy membawaku ke sebuah cermin besar. Namun anehnya yang terpatri dalam cermin itu bukanlah bayangan kami berdua, melainkan sesosok gadis yang secara fisik dan wajah sangat mirip denganku. Gadis itu tersenyum licik nan sinis, matanya berkilat jahat, dan semua yang ada di sekitarnya hancur lebur. Dan…”

“Dan apa?” tanya Edmund penasaran.

“Dan Lord Darcy berkata bahwa gadis yang ada dalam cermin itu adalah aku. Dia juga berkata bahwa kalau dia mati darahnya yang mengalir dalam tubuhku akan memberontak, menguasai diriku, dan mengubahku menjadi jahat seperti dirinya. Selain itu katanya yang akan menghancurkan Equinox dan dunia sihir bukanlah dia lagi, melainkan aku… titisannya…”

“Aku tak akan membiarkan itu terjadi. Aku tak akan membiarkan kau berubah menjadi jahat seperti dirinya, tenang saja.” hibur Edmund, namun sepertinya hiburan itu tak berhasil.

“Tidak bisa.. kau tidak akan mungkin mencegahnya. Karena darahnya yang mengalir dalam tubuhku bisa kapan saja memberontak dan menguasai diriku. Dan kalau itu terjadi saat aku sedang tidur bagaimana? Kita kan tidak sekamar. Mungkin aku harus mencegah dan melawannya seorang diri.”

“Aku akan tetap berada di sampingmu―yah kecuali saat malam hari, dan aku akan membantumu melawan darah penyihir jahat itu.” Edmund melingkarkan lengannya ke pundak Althea.

“Terima kasih.” Althea tersenyum tipis.

“Itulah gunanya sahabat.”

Mereka tak sadar, ada sepasang mata yang mengawasi mereka dari balik pohon ek dengan tatapan kebencian sambil tersenyum licik.

0 Commentary

Review please.. :)